Operasi Kembar Siam Yuliani-Yuliana oleh Dokter Padmosantjojo yang Bersejarah

JAKARTA - Tim dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah berhasil menjalankan operasi pemisahan dua bayi laki-laki kembar siam, Ba dan Br. Ini jadi kasus kembar siam kesekian di Indonesia. Dari sekian banyak, satu yang paling legendaris adalah operasi pemisahan bayi Yuliana dan Yuliani di tahun 1987.

Di ruang bedah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Padmosantjojo didampingi 98 anggota timnya 'menghadapi' Yuliani dan Yuliana yang berada di meja operasi. Usia Yuliani-Yuliana kala itu dua bulan 21 hari.

Selama 13 jam Padmosantjojo memimpin tim dokter berkutat di meja operasi. Kulit kepala Yuliani-Yuliana disayat. Dokter juga mengebor serta mengerat tengkorak berikut selaput otak di baliknya. Milimeter demi milimeter. Operasi ditutup dengan menempelkan tulang penutup kepala tiruan --terbuat dari semen tulang-- untuk Yuliani-Yuliana.

Keberhasilan operasi pemisahan Yuliani-Yuliana ini didengar banyak ahli bedah dunia. Mereka bahkan datang ke Jakarta, meminta Padmo memutar ulang rekaman operasi dan menjelaskan cara serta strateginya. Mereka bertanya-tanya, bagaimana bisa?

Yuliani Yuliana (Sumber: Commons Wikimedia)

Rombongan itu dipimpin Profesor Mario Brock dari Berlin, Jerman bersama Profesor Becks, guru Padmosantjojo saat kuliah di Rijks Universiteit, Groningen, Belanda. Rombongan itu menemui Padmosantjojo di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Salemba.

Di sana Padmosantjojo memutar ulang video operasi pemisahan Yuliani-Yuliana. "Mereka kaget. 'Lho, kok kamu bisa ya. Padahal tidak ada alat-alat yang baik,'" Padmosantjojo mencontohkan, dikutip dari artikel Tempo, Ahli Bedah Minim Upah.

Selanjutnya Padmosantjojo mempresentasikan prinsip pembedahan yang ia lakukan dalam pertemuan ahli bedah saraf dunia di Marrakesh, Maroko, tahun 2005. Negara, melalui Kementerian Pendidikan memberi penghargaan pada Padmosantjojo. Menteri Pendidikan Fuad Hassan mengangkat Padmosantjojo menjadi guru besar tetap FKUI.

Tim dokter bedah dalam kasus Yuliani-Yuliana memang bukan orang sembarangan. Kepala Bagian Kesehatan Anak RSCM Iskandar Wahidiyat menuturkan ia sengaja menunjuk Padmosantjojo karena yakin pada kemampuan sang dokter spesialis bedah saraf.

Padmosantjojo memimpin dua juniornya, dokter spesialis bedah saraf lain yang jadi bagian tim: Hilman Mahyuddin dan Lucas B. Atmadji. Menurut Hilman, keberhasilan operasi Yuliani-Yuliana turut mengharumkan nama mereka. Tentu saja. Saat itu, tim Padmosantjojo jadi satu-satunya tim yang berhasil mengoperasi bayi kembar siam kraniopagus.

Tentang Padmosantjojo

Padmosantjojo adalah dokter spesialis bedah saraf keempat di Tanah Air. Sebelum Padmosantjojo, tiga dokter spesialis bedah saraf paling awal di Indonesia adalah Profesor Soewadji, Profesor Basoeki, dan Profesor S.K. Handoyo. Padmosantjojo sendiri mulai mengikuti jejak ketiganya memelajari bedah saraf pada tahun 1963.

Padmosantjojo lahir 26 Februari 1938. Cita-cita menjadi ahli bedah telah muncul sejak Padmosantjojo kecil. Namun, di tengah perjalanan mengejar mimpi itu Padmosantjojo juga tertarik menjadi ahli saraf. Ada alasan yang melatarbelakangi itu, yakni cacat di wajahnya.

"Daripada saya bingung, saya gabungkan keduanya. Ahli bedah dan ahli saraf," Padmosantjojo.

Saat berusia enam bulan, Padmosantjojo menderita infeksi jamur di telinga hingga sebagian sisi kanan wajahnya. Jamur itu menyebabkan wajahnya miring. Otot-otot wajah bagian kanan Padmosantjojo lumpuh. Kelainan ini biasa juga dikenal dengan kelumpuhan saraf otak VII, typeperifere.

Padmosantjojo (Sumber: konsula.com)

Dengan menjadi dokter bedah saraf, Padmosantjojo ingin menolong lebih banyak orang. Meski begitu pilihan Padmosantjojo bukan tanpa ujian. Saat diwawancarai Profesor Soewadji, Padmosantjojo justru diisyaratkan agar mundur.

Kepala RSCM saat itu juga meminta Padmosantjojo berpikir ulang "'Mau bunuh diri kamu, Padmo?'" Padmo menirukan perkataan Soewadji.

Kala itu, menjadi dokter spesialis bedah saraf bukan pilihan populer. Sekolahnya lama. Peralatan untuk operasinya pun masih minim. Operasinya, amat sulit. Dan yang jelas, dokter bedah saraf bukan pekerjaan yang tepat untuk menghasilkan uang.

Peduli angin. Tekad Padmosantjojo sudah bulat. Dan ia memang bagai tak peduli uang. Hilman, murid Padmosantjojo paling senior yang jadi bagian tim dokter bedah Yuliana-Yuliani mengatakan sang guru tak pernah minta bayaran dari pasien.

Tapi sikap Padmosantjojo justru menginspirasi. Para murid menirunya, termasuk Hilman. Namun, pada tahun 2000-an, Padmosantjojo mengatakan perilaku ini salah. "Karena setelah pensiun kami tak punya apa-apa."

Padmosantjojo angkat Yuliani-Yuliana jadi anak

Yuliani-Yuliana bersama Padmosantjojo dan istri (Twitter/@airin_nz)

Hampir 34 tahun berlalu sejak operasi pemisahan Yuliani-Yuliana oleh Padmosantjojo dan tim dokter RSCM. Sejak keberhasilan operasi itu, Padmosantjojo dan istri, Thea Tarek mengangkat Yuliani-Yuliana jadi anak.

Usai operasi yang digratiskan, Padmosantjojo mencarikan tempat tinggal untuk Yuliana-Yuliani beserta kedua orang tuanya. Padmosantjojo juga terus memantau tumbuh kembang Yuliani-Yuliana, termasuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi mereka.

Saat Yuliana-Yuliani beserta orang tuanya kembali ke Tanjung Pinang, Padmosantjojo tetap memberi dukungan materil, termasuk mendukung biaya pendidikan. Yuliana-Yuliani kemudian tumbuh dewasa. Keduanya pun menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.

Yuliana berhasil menamatkan program doktoral di Institut Pertanian Bogor (IPB). Sementara, Yuliani lulus dari Universitas Andalas. Ia kini menjadi dokter. Pemisahan kepala yang berisiko nyatanya tak berpengaruh terhadap pertumbuhan otak Yuliani-Yuliana.

Keduanya sanggup bersaing di bidang pendidikan. Lihat Yuliana, misalnya, yang berhasil lulus sebagai Sarjana Ilmu Nutrisi dan Makanan dengan IPK 4 sehingga mendapat predikat cumlaude.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH atau baca tulisan menarik lain dari Yudhistira Mahabharata.

BERNAS Lainnya