Ini Rencana Perusahaan Tambang Milik Konglomerat Aburizal Bakrie setelah Dapat Dana Rp1,6 Triliun dari Rights Issue

JAKARTA - Perusahaan pertambangan, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) telah memperoleh dana sebesar Rp 1,6 triliun dari dengan pelaksanaan PMHMETD (Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) atau rights issue.

Anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) itu menyebut seluruh pemegang saham yang tercatat di Daftar Pemegang Saham Perusahaan per tanggal 30 Maret 2021 (cum date) telah melaksanakan haknya untuk membeli saham baru yang diterbitkan dalam PMHMETD ini. Sehinggas jumlah lembar saham BRMS meningkat menjadi sebanyak 93,9 miliar lembar saham.

Direktur Utama BRMS, Suseno Kramadibrata mengatakan, keberhasilan pelaksanaan PMHMETD ini menandakan adanya kepercayaan dari para pemegang saham terhadap perseroan.

"Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, kami mengalokasikan sekitar 23 juta dari dana hasil PMHMETD tersebut untuk melakukan pengeboran di beberapa prospek emas di Poboya, Palu (Sulawesi)," ujar Suseno dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu 21 April.

Nantinya, pengeboran itu diharapkan  dapatk tambahan sekitar 15 sampai dengan 20 juta ton cadangan dan sumber daya bijih emas di area tersebut. Kemudian hasil pengeboran ini akan disampaikan di kuartal IV 2021 dan selanjutnya di kuartal II 2022 tahun depan.

Dia juga menyampaikan, 5,25 juta dolar AS dari dana hasil PMHMETD untuk melakukan pengeboran di beberapa prospek emas dan untuk mengembangkan lokasi tambang emas di Motomboto, Gorontalo (Sulawesi).

Kemudian, perusahaan milik keluarga Aburizal Bakrie ini juga akan menggunakan sekitar 48 juta dolar AS dari dana hasil PMHMETD untuk membangun pabrik pengolahan bijih emas dengan kapasitas sebesar 4.000 ton bijih per hari di Poboya, Palu. Konstruksi pabrik tersebut akan dimulai pada pertengahan tahun 2022 dan diperkirakan akan selesai dan dapat beroperasi di kuartal pertama tahun 2024.

Sementara itu,perseroan tengah menyelesaikan konstruksi atas fasilitas pengolahan lainnya untuk menambah kapasitas pengolahan yang ada saat ini dari 500 untuk menjadi 4.500 ton bijih per harinya di Poboya, Palu yang diharapkan dapat mulai beroperasi di kuartal kedua tahun 2022.