Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran Hampir Gagal karena AC Rusak

JAKARTA - Rencana Israel untuk membunuh Ismail Haniyeh di Teheran hampir gagal saat AC (pendingin ruangan) di tempatnya bermalam rusak, setelah seorang agen menaruh peledak rakitan di dekat tempat tidurnya, lapor media Israel pada Hari Minggu.

Mendiang pemimpin kelompok militan Palestina Hamas Ismail Haniyeh tewas dalam serangan di tempatnya bermalam di Teheran pada 31 Juli, usai menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian sehari sebelumnya.

Channel 12 pada akhir pekan lalu merinci operasi pembunuhan yang menyasar Haniyeh, beberapa hari setelah Menteri Pertahanan Israel Katz mengonfirmasi Israel berada di balik tewasnya Haniyeh, dikutip dari The Times of Israel 30 Desember.

Keputusan Israel untuk membunuh Haniyeh muncul tak lama setelah 7 Oktober 2023, ketika pemimpin Hamas itu ditempatkan di suatu tempat di bagian atas daftar yang disusun oleh pejabat intelijen senior. Hanya masalah waktu, kata Channel 12.

Haniyeh merupakan kepala biro politik Hamas yang berbasis di Qatar, meski tak jarang ia meninggalkan negara itu. Namun, membunuh Haniyeh di negara itu berpotensi menggagalkan negosiasi penyanderaan yang dimediasi oleh Doha sejak konflik terbaru pecah 7 Oktober 2023.

Pilihan tempat untuk membunuh Haniyeh pun jatuh pada Turki, Rusia dan Iran, tiga negara yang sering dikunjungi oleh mendiang Haniyeh.

Namun, kekhawatiran akan reaksi keras hingga marahnya Presiden Recep Tayyip Erdogan dari Turki dan Presiden Vladimir Putin dari Rusia, menjadikan Iran sebagai pilihan yang paling tepat, kata jaringan tersebut.

Fakta Haniyeh berulang kali menginap di wisma tamu IRGC yang sama di lingkungan mewah Sa'adat Abad, Teheran utara membuat operasi tersebut lebih mudah direncanakan.

Namun, ia dijaga sebagai tamu kehormatan oleh tim keamanan pribadi tertinggi IRGC, yang membutuhkan tingkat infiltrasi yang dalam untuk melakukan pembunuhan tersebut.

Badan-badan Israel pun merapatkan barisan untuk melancarkan rencana ini, mengingat sejumlah rencana pembunuhan petinggi Hamas oleh Israel gagal dalam beberapa dekade terakhir.

Menurut laporan media asing, rencana awal Israel adalah membunuh Haniyeh ketika ia datang ke Teheran untuk menghadiri pemakaman mendiang Presiden Iran Ibrahim Raisi yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada 19 Mei.

Itu ditunda selama lebih dari dua bulan, sebelum Haniyeh kembali menyambangi Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian. Ada usulan untuk melanjutkan operasi pada malam sebelum pelantikan, tetapi keputusan diambil untuk menunggu hingga setelah upacara, kata laporan TV tersebut.

Sesaat sebelum upacara, agen memasang alat peledak rakitan dekat tempat tidurnya di kamar yang diinapi Haniyeh. IED itu sedikit lebih besar dari yang direncanakan Israel, tetapi tidak cukup besar untuk melukai mereka yang berada di kamar sebelah. Namun, masih ada cukup bahan di dalam bom tersebut untuk memastikan Haniyeh akan terbunuh di tempat, kata Channel 12.

Mengutip sumber yang mengetahui rencana tersebut, operasi pembunuhan Haniyeh hampir gagal, lantaran sesaat sebelum ledakan yang direncanakan, unit AC di kamar Haniyeh rusak.

Pemimpin Hamas itu meninggalkan kamarnya untuk meminta bantuan. Lamanya Haniyeh pergi mengkhawatirkan Israel jika Pemimpin Hamas itu dipindahkan ke kamar lain dan operasi pembunuhan itu gagal.

Setelah beberapa waktu, unit AC diperbaiki. Haniyeh pun kembali ke kamarnya. Sekitar pukul 1:30 dini hari, IED diledakkan, melubangi dinding luar kamar tamu Haniyeh dan mengguncang seluruh kompleks IRGC.

Dalam hitungan detik, tim pertolongan pertama IRGC di lokasi tiba di kamar Haniyeh. Wakil Haniyeh, Khalil al-Hayya, tiba berikutnya dan jatuh berlutut sambil menangis setelah melihat tubuh pemimpin Hamas yang berlumuran darah, menurut Channel 12.

Analis yang berbicara dengan jaringan tersebut mengatakan, operasi itu terlalu rumit untuk dilakukan oleh agen Israel sendirian, menjelaskan warga negara Iran, anggota IRGC, atau pejabat Hamas pasti terlibat. Ketiga opsi tersebut pasti telah diselidiki oleh Hamas dan otoritas Iran, kata Channel 12.

Beberapa jam setelah peristiwa itu, Kepala Pasukan Quds, unit elite Garda Revolusi Iran (IRGC) Brigjen Esmail Qaani menelepon Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei dan mengatakan Haniyeh tewas akibat serangan Israel. Khamenei pun segera memerintahkan Iran membalas tindakan Israel.

Dua bulan kemudian, Iran membalas Israel dengan serangan rudal pada 1 Oktober lalu.

Hamas sendiri kemudian menunjuk Yahya Sinwar sebagai Kepala Biro Politik menggantikan mendiang Haniyeh. Sinwar tak lama menduduki posisinya, setelah wafat akibat serangan Israel di Rafah pada 16 Oktober.