Diet Garam, Rahasia Awet Muda Gong Yoo, Pemeran Rekruter di Serial Squid Games

JAKARTA – Squid Game Season 2 resmi tayang di platform streaming sejak 26 Desember 2024. Ini sekaligus mengakhiri penantian fans selama tiga tahun sejak season pertamanya rilis pada 2021. Salah satu aktor yang menjadi perhatian dalam serial ini adalah Gong Yoo, karena selain aktingnya yang memukau, penampilannya yang awet muda juga mengundang kagum.

Gong Yoo merupakan salah satu aktor papan atas Korea Selatan (Korsel). Tak heran, penampilannya selalu dinantikan para penggemarnya, termasuk ketika ia comeback tahun ini setelah selama tiga tahun hiatus.

Pria kelahiran 10 Juli 1979 ini tampil sebagai cameo di film Wonderland, menjadi pemeran utama dalam serial Netflix The Trunk, dan terakhir, ia kembali menjalani peran ikonik di serial Squid Game Season 2.

Gong Yoo kembali tampil sebagai rekruter di serial Netflix Squid Game Season 2. (Instagram/@squidgamenetflix)

Meski hanya tampil sebagai pemeran pendukung, namun kehadiran Gong Yoo menjadi perhatian. Selain aktingnya yang mumpuni, penampilan Gong Yoo yang terlihat awet muda di usia 45 tahun juga dikagumi para penggemarnya.

Menjaga Asupan Garam dengan Masak Sendiri

Memiliki kulit wajah yang terlihat kencang, glowing, serta tubuh yang six pack adalah dambaan setiap orang. Tak heran, jika hasil survey pada 2016 menunjukkan sebanyak 21,6 persen dari 800 pria dan wanita menginginkan tubuh ideal seperti Gong Yoo.

Ia tak ragu membocorkan rahasia penampilannya yang awet muda. Demi tuntutan film yang dilakoni, Gong mengaku melakukan diet ketat.

“Ketika bangun pagi, saya cuci muka lalu pergi ke gym,” kata Gong Yoo.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pemeran Goblin ini menegaskan selalu olahraga sebelum makan. Ia bahkan melakukan olahraga dua jam setiap hari dan berfokus pada latihan kekuatan.

Selain berolahraga secara rutin, Gong Yoo juga menjaga pola makannya secara ketat. Ia mengaku memilih diet garam dengan menjauhkan diri dari garam. Sudah 19 tahun lamanya Gong Yoo secara konsisten menjalani diet garam.

Ia juga menghindari snack kemasan yang tinggi garam. Untuk memenuhi kebutuhan natriumnya, Gong Yoo memilih mengonsumsi dari sumber alami seperti sayuran, ubi, dan dada ayam.

Mengonsumsi makanan cepat saji sering dihubungkan dengan risiko obesitas dan penyakit kronis lain seperti diabetes atau penyakit jantung. (Unsplash)

“Saya benar-benar menjauhkan diri dari garam, dan terkadang merasa seperti seorang pertapa. Saya sudah dalam rutinitas yang sama ini selama belasan tahun. Hanya olahraga dan mendengarkan musim,” imbuhnya.

Untuk memastikan makanannya adalah makanan sehat sesuai dengan pola makannya, Gong Yoo pun selalu mengupayakan memasak makanannya sendiri. Makanan tradisional Korea masih menjadi makanan favoritnya sampai sekarang.

“Saya tipe pria yang suka memasak. Saya menonton Baek Jong Won (koki selebritas Korea) di TV dan belajar serta mengikuti resepnya. Saya menghabiskan banyak waktu di rumah, tapi saya tidak malas. Cara hidup seperti ini tidak buruk sama sekali," tutur Gong Yoo.

Apakah diet garam seperti Gong Yoo cocok dilakukan semua orang? Mengutip Healthline, diet rendah garam mungkin memberikan keuntungan bagi orang dengan kondisi kesehatan tertentu, termasuk penyakit ginjal.

Natrium merupakan mineral penting yang menjalankan banyak fungsi penting dalam tubuh. Natrium ditemukan secara alami dalam makanan seperti telur dan sayuran, serta merupakan komponen utama garam dapur (natrium klorida).

Meski penting untuk kesehatan, asupan natrium dalam makanan terkadang dibatasi dalam kondisi tertentu. Misalnya, diet rendah natrium umumnya diresepkan untuk orang dengan kondisi medis tertentu, termasuk gagal jantung, tekanan darah tinggi, dan penyakit ginjal.

Menjauhi Makanan Kemasan 

Melansir laman Kementerian Kesehatan, diet rendah garam adalah pengaturan makanan dan atau minuman pada penderita hipertensi dengan mengatur penggunaan garam dapur pada setiap makanan dan atau minuman yang akan dikonsumsi.

Namun manfaat diet rendah garam tidak terbatas hanya untuk menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi. Menurut sejumlah penelitian, mengonsumsi garam terlalu banyak berkaitan dengan risiko kanker.

Orang yang mengonsumsi garam melebihi batas normal, kira-kira kelebihan 5 gram natrium per hari, risiko terkena kanker usus meningkat menjadi 12 persen.

Ini karena mengonsumsi garam dapat merusak lapisan mukosa perut, meningkatkan risiko peradangan, dan mendukung pertumbuhan bakteri H. pylori. Kondisi ini semua dapat meningkatkan risiko kanker usus.

Selain itu, konsumsi makanan rendah garam juga dapat meningkatkan kualitas diet. Seperti diketahui, makanan kemasan, makanan cepat saji, dan makanan beku (frozen food), umumnya memiliki kandungan garam, lemak, dan kalori yang cukup tinggi. Kebanyakan mengonsumsi makanan tersebut sering dihubungkan dengan risiko obesitas dan penyakit kronis lain seperti diabetes atau penyakit jantung.

“Ketika berhenti makan makanan tak sehat tersebut, secara tak langsung Anda ikut memperbaiki asupan nutrisi dan kualitas diet secara keseluruhan,” demikian dilansir laman Kemenkes.

Tak hanya mengendalikan tekanan darah, manfaat diet rendah garam yang lain adalah mencegah kerusakan dan serangan jantung. Kondisi hipertensi berkaitan erat dengan kadar kolesterol tinggi. Saat kadar kolesterol tinggi, maka penumpukan plak dan lemak di pembuluh darah juga meningkat. Akibatnya, seseorang berisiko terkena serangan atau kerusakan jantung.

Manfaat diet rendah garam lainnya adalah memperkuat tulang. Perlu diketahui bahwa garam memiliki sifat ion yang dapat mengontrol seberapa banyak kalsium ditarik dari tulang. Kalsium merupakan komponen penting untuk menguatkan tulang dan mencegah osteoporosis. Maka itu, batasi asupan garam agar pasokan kalsium tidak hilang dan tulang tetap kuat.