Meta Sepakat Bayar Rp500 Miliar ke Australia untuk Akhiri Skandal Cambridge Analytica

JAKARTA – Meta Platforms, induk perusahaan Facebook, sepakat membayar denda sebesar 50 juta dolar Australia (sekitar Rp500 miliar) untuk menyelesaikan gugatan terkait skandal Cambridge Analytica, menurut pengumuman dari badan pengawas privasi Australia pada Selasa, 17 Desember.

Penyelesaian ini mengakhiri sengketa hukum panjang yang berlangsung sejak 2020, di mana Office of the Australian Information Commissioner (OAIC) menuduh Facebook telah membocorkan data pribadi sebagian penggunanya melalui aplikasi kuis This is Your Digital Life. Aplikasi ini menjadi bagian dari skandal global yang mencuat pada 2018.

OAIC menyebutkan bahwa data pribadi milik 311.127 pengguna Facebook di Australia berisiko dibagikan ke perusahaan konsultan politik Inggris, Cambridge Analytica, dan digunakan untuk tujuan pemetaan profil pengguna. Data tersebut diduga dimanfaatkan untuk kepentingan iklan politik, termasuk kampanye Donald Trump di AS dan referendum Brexit di Inggris.

Kasus ini menjadi sorotan sejak pertama kali diungkap oleh The Guardian pada 2018, yang kemudian memicu denda serupa di Amerika Serikat dan Inggris pada 2019. Meta dan pengawas privasi Australia telah melewati berbagai persidangan hingga akhirnya pada Maret 2023, pengadilan tinggi Australia menolak banding Meta. Keputusan ini memungkinkan OAIC untuk melanjutkan gugatan hukum terhadap perusahaan tersebut.

Penyelesaian Terbesar Soal Privasi di Australia

Setelah melalui mediasi sejak Juni 2023, Komisioner Informasi Australia, Elizabeth Tydd, menyatakan bahwa penyelesaian ini adalah pembayaran terbesar yang pernah dilakukan untuk menangani masalah privasi individu di Australia.

“Penyelesaian ini menjadi langkah signifikan dalam melindungi privasi warga Australia,” ujar Tydd.

Sementara itu, juru bicara Meta mengatakan bahwa penyelesaian ini dilakukan tanpa pengakuan kesalahan, sebagai upaya menutup lembaran atas tuduhan praktik perusahaan di masa lalu.

Dengan berakhirnya kasus ini, Meta berharap dapat menutup babak panjang dari kontroversi yang berdampak signifikan pada reputasi Facebook secara global.