Tim Transisi Trump Hubungi Google, Meta, dan Snap untuk Tangani Penjualan Obat Terlarang Online
JAKARTA – Tim transisi Presiden Terpilih Donald Trump dilaporkan menghubungi lima perusahaan teknologi besar, termasuk Google, Microsoft, dan Meta Platforms. Pertemuan itu, untuk membahas upaya penanganan penjualan obat-obatan terlarang secara daring. Pertemuan tersebut dijadwalkan berlangsung pada pertengahan Desember, seperti dilaporkan oleh The Information pada Minggu 8 Desember.
Email undangan untuk pertemuan itu dikirimkan oleh perwakilan Jim Carroll, yang sebelumnya menjabat sebagai "Drug Czar" pada masa jabatan pertama Trump, bersama dengan tim transisi Trump. Undangan tersebut ditujukan kepada staf dari Google, Microsoft, Meta, Snap, dan TikTok.
Menurut sumber yang memiliki pengetahuan langsung tentang korespondensi tersebut, tim transisi Trump ingin mendengar prioritas dari perusahaan-perusahaan teknologi ini serta hambatan yang mereka hadapi dalam mengatasi isu terkait penjualan obat-obatan terlarang secara daring.
Fokus pada Fentanyl
Donald Trump telah berjanji akan menekan Meksiko untuk meningkatkan upaya menghentikan aliran fentanyl ke Amerika Serikat. Fentanyl telah menyebabkan ratusan ribu kematian di AS. Trump juga mengancam akan memberlakukan tarif tinggi terhadap barang-barang dari Meksiko dan Kanada jika kedua negara tersebut gagal mengurangi perdagangan fentanyl dan migrasi ilegal.
Baca juga:
- Whale Borong 120 Juta XRP Senilai Rp4,6 Triliun Saat Harganya Merosot
- Indosat dan Nokia Kolaborasi Perluas Jaringan 4G dan 5G di Wilayah Terpencil Indonesia
- Bersih-bersih, Meutya Hafid Pecat 5 Pegawai Kontrak Kemkomdigi
- Apple Digugat Akibat Tidak Menerapkan Sistem Deteksi Konten Pelecehan Anak di iCloud
Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada November, Trump mengatakan akan memulai "kampanye iklan besar-besaran" untuk menjelaskan bahaya penggunaan fentanyl kepada masyarakat.
Kasus ini juga menyoroti peran perusahaan teknologi dalam memerangi penyalahgunaan platform mereka untuk perdagangan obat-obatan terlarang. Pada Maret, The Wall Street Journal melaporkan bahwa jaksa AS sedang menyelidiki apakah Meta mendapatkan keuntungan dari penjualan dan distribusi obat-obatan di Facebook dan Instagram.
Sementara itu, eBay pada Januari lalu setuju membayar 59 juta dolar AS (Rp934,8 miliar) dan meningkatkan langkah-langkah kepatuhannya untuk menyelesaikan tuduhan Departemen Kehakiman AS bahwa mereka gagal mencegah pembelian perangkat untuk membuat obat palsu, termasuk pil yang mengandung fentanyl.
Google, Microsoft, Meta, Snap, TikTok, dan tim transisi Trump belum memberikan tanggapan terhadap permintaan komentar terkait pertemuan ini.