5 Alasan Pasangan Berselingkuh secara Emosional, Kurang Perhatian?
YOGYAKARTA – Perselingkuhan secara emosional, tak mudah tertangkap visual. Pasalnya, kerap dipendam dan terjadi tanpa terungkap secara lugas, berbeda dengan perselingkuhan seksual yang mengacu pada pemenuhan kebutuhan biologis atau fisikal. Data penelitian dilansir Psychology Today, Kamis, 5 Desember, antara 15 hingga 20 persen pasangan menikah diwarnai perselingkuhan. Menurut psikolog berlisensi Jonice Webb, Ph.D., perselingkuhan secara emosional cenderung berakar pada kesepian. Berikut alasan kenapa pasangan berselingkuh secara emosional.
1. Kepribadian yang cenderung menghindari konflik
Seseorang yang membenci pertengkaran mungkin banyak melihat peristiwa pertengkaran pada pengalamannya di masa lalu. Bukan tanpa efek, ini membentuk kepribadian seseorang untuk menghindari konflik. Termasuk dalam pernikahan, ketika masalah muncul, ia memilih menyembunyikannya. Konflik dan membicarakan masalah dianggap tidak mengenakkan. Sehingga memilih mencari kenyamanan emosional di tempat lain dan berbagi perasaan tanpa ancaman konflik dengan orang selain pasangannya, bisa jadi selingkuhannya.
2. Putus asa dengan pernikahannya
Seseorang yang merasa sangat kesepian dalam kehidupan pernikahannya, akan mencari pemenuhan atas kebutuhan emosionalnya. Ini mungkin dialami ketika seseorang berperan lebih banyak dalam pernikahan dan tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan dalam hubungannya dengan pasangan. Karena alasan tersebut, seseorang mencari seseorang yang bisa membuatnya menjadi diri sendiri, lebih dihargai, atau memahami apa yang sedang ia alami daripada pasangannya.
3. Kemampuan emosional yang tidak setara
Komunikasi asertif antara dua orang yang berpasangan atau berkomitmen dalam pernikahan, salah satunya bertujuan untuk mengerti perspektif dan kebutuhan emosional masing-masing. Sehingga pasangan bisa saling memahami dan saling mencukupi serta mendukung pasangannya. Tetapi, asumsi sering kali melumpuhkan upaya komunikasi. Ketika salah satu orang berpasangan merasa ia berperan lebih besar dalam memenuhi kebutuhan emosional pasangannya, maka tidak setara. Oleh karena kondisi tersebut, ia mengandalkan orang lain untuk mendapatkan dukungan atas peran besarnya dalam pernikahan.
Baca juga:
4. Tidak memprioritaskan kebutuhan emosional diri sendiri atau pasangan
Seseorang yang tumbuh dalam keluarga yang “dingin”, merasa mendapatkan validasi atas perasaan-perasaannya. Ini tentang pengabaian, yang ternyata signifikan membentuk pandangan tentang bagaimana memprioritaskan kebutuhan emosional. Orang yang diabaikan, mereka juga mengabaikan perasaannya sendiri. Celakanya, ini membuat pasangan sulit mengenali perasaan satu sama lain. Percakapan penting soal anak, masa depan berdua, dan finansial kerap terputus karena pengabaian tersebut. Sehingga hubungan emosional putus, dan dengan mudah tertarik pada orang lain yang menawarkan perhatian dan membuatnya tidak diabaikan.
5. Kurang masalah dan ketidaknyamanan
Alasan kenapa pasangan berselingkuh secara emosional, bisa karena banyak masalah tetapi kurang dibicarakan karena merasa tidak nyaman. Maka pasangan yang proaktif dalam berkomunikasi, bertanya keadaan satu sama lain dan memberikan perhatian pada pasangan serta hubungan, perlu dilakukan untuk membangun ikatan emosional. Terputusnya ikatan emosional antara pasangan, membuat salah satu orangnya nyaman dan senang mengobrol santai dengan orang baru karena merasa penuh harapan.
Menurut Webb, kebutuhan emosional dalam pernikahan penting dipenuhi. Seperti dengan berbagi perasaan dan memvalidasi. Serta tidak menghindari konflik dalam upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi. Saran Webb lagi, penting untuk fokus pada hubungan pernikahan dan memahami bahwa orang baru bukan solusi untuk mengatasi keterputusan emosi dengan pasangan.