Pemimpin Oposisi Suriah: Gencatan Senjata di Lebanon Membuka Pintu Serangan di Aleppo
JAKARTA - Pejuang pemberontak Suriah diketahui memulai persiapan untuk merebut Aleppo setahun yang lalu tetapi operasi itu tertunda karena perang di Gaza.
Operasi akhirnya diluncurkan pekan lalu ketika gencatan senjata diberlakukan di Lebanon, kata kepala oposisi utama Suriah Hadi al-Bahra kepada Reuters.
Menurutnya, para pemberontak mampu merebut kota dan beberapa bagian provinsi tetangga Idlib dengan begitu cepat karena Hizbullah dan pejuang lain yang didukung Iran terganggu oleh konflik mereka dengan Israel.
Militer Turki yang bersekutu dengan beberapa pemberontak dan memiliki pangkalan di perbatasan selatan Suriah, telah mendengar rencana kelompok bersenjata tersebut namun menegaskan mereka tidak akan memainkan peran langsung.
Serangan di barat laut Suriah dilancarkan Rabu lalu, hari ketika Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon memulai gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran selama lebih dari satu tahun.
“Setahun yang lalu mereka benar-benar mulai melakukan pelatihan dan mobilisasi serta menanggapinya dengan lebih serius,” kata Bahra, presiden Koalisi Nasional Pasukan Revolusi dan Oposisi Suriah, kelompok oposisi Suriah yang diakui secara internasional.
BACA JUGA:
"Tetapi perang di Gaza, kemudian perang di Lebanon menundanya. Mereka merasa tidak baik jika berperang di Lebanon pada saat yang sama mereka berperang di Suriah," katanya di kantornya di Istanbul dilansir Reuters, Senin, 2 Desember.
“Jadi saat ada gencatan senjata di Lebanon, mereka menemukan kesempatan itu untuk memulainya,” imbuh Hadi al-Bahra.
Operasi pemberontak tersebut merupakan kemajuan paling berani dan tantangan terbesar bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad selama bertahun-tahun dalam perang saudara di mana sebagian besar garis depan telah dibekukan sejak tahun 2020.
Pasukan Suriah dan sekutunya Rusia melancarkan serangan balasan, yang menurut Bahra "mengganggu stabilitas" Aleppo dan Idlib serta menimbulkan risiko terbesar bagi warga sipil.