China Mengecam Keras Penjualan Senjata Amerika Serikat ke Taiwan

JAKARTA - Beijing mengajukan 'protes serius' kepada Amerika Serikat dan mengecam kunjungan pemimpin Taiwan di Kepulauan Hawai, Guam. Kunjungan tersebut diduga terkait penjualan senjata Amerika Serikat ke Tauwan.

Tiongkok mengatakan akan memberikan tindakan balasan yang tegas setelah mengetahui negara Paman Sam itu telah menyetujui lebih banyak penjualan senjata ke Taiwan. Keputusan menyetujui penjualan senjata kepada Taiwan dikutip dari Aljazeera dilakukan beberapa jam sebelum Presiden Taiwan William Lai Ching-te melakukan transit di negara Hawaii.

Penjualan senjata yang terdiri dari suku cadang dan dukungan untuk jet dan radar F-16 memiliki nilai $385 juta. William Lai Ching-te akan melakukan kunjungan ke tiga negara Pasifik.

Keputusan penjualan senjata ke Taiwan dinilai telah merusak hubungan baik antara Amerika Serikat - China. Kementerian Luar Negeri China menegaskan penjualan senjata AS ke Taiwan mengirimkan "sinyal yang salah" kepada pasukan kemerdekaan Taiwan.

"Tiongkok akan mengikuti perkembangan dengan saksama dan siap mengambil tindakan tegas dan kuat untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorial negara kita," katanya kepada wartawan, Minggu, 1 Desember.

Menurutnya, AS terikat oleh hukum untuk memberi bantuan ke Taiwan sarana mempertahankan diri, meskipun tidak ada hubungan diplomatik formal antara Washington dan Taipei, yang terus-menerus membuat Beijing marah. Kementerian tersebut menambahkan bahwa pihaknya dengan tegas menentang setiap pertukaran resmi antara AS dan Taiwan.

William Lai Ching-te datang ke Hawaii untuk transit beberapa saat. Lai datang dengan penampilan santai kemeja Hawaii dan disambut dengan dengan sangat baik oleh Gubernur Green dan Ingrid Larson, direktur pelaksana American Institute in Taiwan (AIT) di Washington.

Lai mengatakan dirinya sangat senang disambut dengan baik dan menyebutkan bahwa Taiwan bersama Amerika Serikat akan terus berjuang bersama untuk mencegah perang.

“Perdamaian tak ternilai harganya, dan perang tidak mengenal pemenang,” katanya.