JAKARTA - Presiden China Xi Jinping meminta pasukan militer untuk menaruh semua pikiran dan energi untuk mempersiapkan perang. Hal tersebut disampaikan saat kunjungannya ke pangkalan militer di Kota Chaozhou, Provinsi Guangdong, menurut kantor berita negara Xinhua. Apakah seruan tersebut merupakan respon dari adanya isu penjualan senjata Amerika Serikat kepada Taiwan?
Saat menginspeksi Korps Marinir Tentara Pembebasan Rakyat di Kota Chaozhou, Xinhua, Xi Jinping berseru: "Terus berada dalam keadaan siaga tinggi." Ia juga meminta mereka untuk benar-benar setia, benar-benar murni, dan benar-benar dapat diandalkan.
Tujuan utama kunjungan Xi Jinping ke Guangdong adalah untuk menyampaikan pidato memperingati 40 tahun Zona Ekonomi Khusus Shenzhen, yang didirikan pada 1980. Pendirian Zona Ekonomi Khusus bertujuan untuk menarik modal asing dan memainkan peran penting dalam membantu ekonomi China menjadi yang terbesar kedua di dunia.
Melansir CNN, Kamis 15 Oktober, kunjungan militer tersebut juga dilakukan ketika China dan Amerika Serikat (AS) bersitegang pada titik tertinggi dalam beberapa dekade. China dan AS tidak bersepakat dalam banyak hal beberapa hal di antaranya mengenai Taiwan dan pandemi COVID-19 yang menciptakan perpecahan yang tajam.
Diprovokasi AS?
Sebelumnya Gedung Putih memberi tahu Kongres AS bahwa mereka berencana untuk melanjutkan penjualan tiga sistem senjata canggih ke Taiwan, termasuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang canggih. Dalam tanggapan keras dari China, juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian meminta Negeri Paman Sam untuk segera membatalkan rencana penjualan senjata ke Taiwan dan memutuskan semua hubungan militer AS-Taiwan.
Meskipun Taiwan tidak pernah dikendalikan oleh Partai Komunis China yang berkuasa, pihak berwenang di China bersikeras pulau yang demokratis dan berpemerintahan sendiri itu adalah bagian integral dari wilayah mereka. Xi Jinping sendiri menolak untuk mengesampingkan kekuatan militer untuk merebut Taiwan jika perlu.
BACA JUGA:
Terlepas dari ketidaksetujuan pemerintah China, hubungan antara AS dan Taiwan semakin dekat di bawah pemerintahan Trump. Pada Agustus, Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Alex Azar mengunjungi Taiwan. Azar melakukan perjalanan ke Taiwan untuk membahas pandemi COVID-19.
Sebagai tanggapan, China meningkatkan latihan militer di sekitar Taiwan. Hampir 40 pesawat tempur China melintasi garis tengah antara daratan dan Taiwan pada 18-19 September. China sempat melakukan salah satu dari beberapa serangan mendadak yang oleh Presiden pulau Tsai Ing-wen disebut sebagai "ancaman kekuatan".