Menlu G7 Tegaskan Dukung Ukraina, Kecam Retorika Nuklir Rusia
JAKARTA - Para menteri luar negeri dari negara-negara Kelompok Tujuh (G7) menyatakan dukungan mereka terhadap Ukraina. Menlu G7 mengutuk retorika nuklir Rusia.
G7 juga memperingatkan dukungan Korea Utara terhadap Rusia menandai perluasan konflik yang berbahaya, dengan konsekuensi serius bagi keamanan Eropa dan Indo-Pasifik, dan meminta China, sekutu lama Korea Utara, untuk mengambil tindakan melawannya.
“Penggunaan rudal balistik jarak menengah oleh Rusia pada tanggal 21 November adalah bukti lebih lanjut dari perilaku mereka yang ceroboh dan eskalasi,” kata Menlu G7 dalam pernyataan bersama pada akhir pertemuan dilansir Reuters, Selasa, 26 November.
“Dukungan kami terhadap integritas wilayah, kedaulatan, dan kemerdekaan Ukraina akan tetap teguh,” sambung mereka.
Rusia telah melakukan serangan besar-besaran di sepanjang garis depan di timur Ukraina, tempat pasukan Rusia memperoleh beberapa keuntungan teritorial terbesar sejak tahun 2022.
Para menteri G7 menyinggung realisasi mendistribusikan dana dari paket pinjaman senilai 50 miliar dollar AS yang berasal dari aset Rusia yang dibekukan pada akhir tahun ini.
Mereka juga berjanji untuk mengambil tindakan terhadap kelompok-kelompok yang membantu Rusia menghindari sanksi yang dikenakan setelah invasi mereka ke Ukraina hampir tiga tahun lalu.
Pernyataan bersama mereka dikeluarkan pada akhir pertemuan dua hari di Fiuggi, sebuah kota spa di tenggara Roma, yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha.
Baca juga:
Para menteri juga mencoba meningkatkan tekanan pada Israel untuk menerima perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah di Lebanon, dengan mengatakan sekarang adalah waktu untuk menyelesaikan penyelesaian diplomatik.
Menlu G7 meminta pemerintah Israel untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
“Kami menyampaikan kecaman terkuat kami atas meningkatnya kekerasan pemukim ekstremis yang dilakukan terhadap warga Palestina, yang melemahkan keamanan dan stabilitas di Tepi Barat dan mengancam prospek perdamaian abadi,” imbuh pernyataan itu.