Pakar Sebut AS dan Negara Lain Tidak Memiliki Kemampuan untuk Mencegat Rudal Hipersonik Baru Rusia
JAKARTA - Kepala GORKI Centre di St. Petersburg University yang juga mantan Menteri Luar Negeri Austria Karin Kneissl mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin menanggapi kebijakan provokatif NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) dan Barat dengan menembakkan rudal yang tidak dapat dicegat oleh pertahanan udara mereka, kata Karin Kneissl, mantan menteri luar negeri Austria dan kepala Pusat GORKI di Universitas Negeri St. Petersburg.
"Sementara pemerintahan (Presiden Joe) Biden membangun warisan rudal yang eksplosif untuk calon penghuni Gedung Putih berikutnya, Rusia menanggapi hari ini banyak provokasi terbaru oleh NATO," tulisnya di Telegram, melansir TASS 22 November.
Presiden Vladimir Putin dalam pidato malam yang disiarkan di televisi mengatakan, sebagai tanggapan atas keputusan Barat untuk mengizinkan serangan strategis mendalam terhadap Rusia, menggunakan senjata pemberian AS dan sekutunya, Moskow menggunakan rudal balistik hipersonik jarak menengah Oreshnik untuk pertama kalinya.
Rudal tersebut, yang menghantam lokasi produksi pertahanan Ukraina di Dnipro (sebelumnya Dnepropetrovsk), dilengkapi dengan hulu ledak konvensional, namun memiliki kemampuan membawa hulu ledak nuklir.
"Ada lebih banyak persenjataan Rusia daripada yang diyakini banyak orang. Rusia melakukan serangan gabungan terhadap target di Ukraina dengan menggunakan rudal hipersonik jarak menengah yang baru," jelas Karin Kneissl.
Baca juga:
- Kim Jong-un Tuduh Amerika Serikat Picu Ketegangan, Bawa Semenanjung Korea ke Risiko Perang Nuklir
- Rusia Luncurkan Rudal Baru, Pentagon: Kami Tidak Cari Perang, Belum Sesuaikan Postur Nuklir
- AS Tolak Surat Perintah Penangkapan ICC, Presiden Biden: Kami akan Selalu Mendukung Israel
- Rusia Luncurkan Rudal Baru Usai Persetujuan Barat ke Ukraina: Pengamat Bilang Sinyal, NATO Tidak Gentar
"Di dunia barat yang diperintah oleh naluri hitam dan putih yang disederhanakan, respons seperti itu menyoroti kompleksitas dari apa yang dipertaruhkan secara umum dan lebih tepatnya untuk sistem antirudal mereka," urainya.
"Baik AS maupun negara-negara lain di dunia saat ini tidak memiliki sistem pertahanan udara yang mampu mencegat rudal hipersonik baru Rusia," tandasnya.