Rusia Dibikin AS Meradang di Tengah Perang, China Berharap Eskalasi Konflik Tak Berkembang

JAKARTA - China menyatakan tidak ingin eskalasi perang meningkat di Ukraina. Rusia sebelumnya merespons keras Amerika Serikat (AS) yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh menyerang wilayah negaranya.

Hal ini disampaikan Presiden China Xi Jinping, beberapa hari setelah Ukraina menerima lampu hijau dari AS untuk meluncurkan rudal jarak jauh buatan Amerika terhadap sasaran di Rusia.

Dalam pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Xi Jinping mengatakan posisi China terhadap perang Ukraina konsisten dan berharap konflik tersebut akan mereda.

“Baik krisis yang meluas maupun peningkatan pertempuran bukanlah hal yang ingin dilihat oleh Tiongkok. Sebaliknya, Tiongkok akan terus memainkan peran konstruktif dengan caranya sendiri untuk gencatan senjata dan mengakhiri konflik,” kata Xi kepada Macron di sela-sela KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, menurut keterangan Kementerian Luar Negeri China dilansir CNN, Rabu, 20 November.

Tanggapan tersebut serupa dengan pernyataan Xi Jinping pada KTT G20 pada Senin, ketika ia menyerukan para pemimpin yang hadir untuk membantu mendinginkan krisis Ukraina dan mencari solusi politik.

Ketika ditanya tentang laporan AS, Inggris, dan Prancis telah mengizinkan penggunaan senjata jarak jauh oleh Ukraina untuk melakukan serangan di wilayah Rusia, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menegaskan kembali posisi Tiongkok mengenai perang tersebut.

“Mewujudkan gencatan senjata dini dan mengupayakan penyelesaian politik bermanfaat bagi kepentingan semua pihak, dan keharusan terbesarnya adalah mendorong deeskalasi sesegera mungkin,” kata Lin Jian.

“China selalu mendorong dan mendukung semua upaya yang kondusif bagi penyelesaian krisis Ukraina secara damai, dan siap untuk terus memainkan peran konstruktif dengan caranya sendiri demi penyelesaian politik krisis Ukraina,” kata Lin.