Abarth Konfirmasi Tak Lagi Luncurkan Mobil ICE di Masa Depan, Ini Alasannya

JAKARTA - Abarth, merek otomotif dari Italia ini mengonfirmasi bahwa tidak akan memproduksi mobil bermesin bahan bakar murni (ICE) dan mengalihkan fokusnya pada penjualan mobil listrik (EV).

Head of Fiat and Abarth Europe, Gaetano Thorel mengatakan hal ini didasari karena peraturan emisi yang semakin ketat serta pihaknya menganggap biayanya terlalu mahal bagi produsen maupun konsumen.

“Jika kalian membuat mobil sport ICE yang mengeluarkan emisi 180g/km dan sedang berada di Italia, Anda harus membayar pajak jalan raya antara 1.000 euro dan 2.000 euro setiap tahun,” kata Thorel dikutip dari Autocar, Selasa, 19 November.

Ia juga menambahkan bahwa tidak adil bagi pembeli mobil listrik jika pihaknya menyediakan mobil ICE yang memiliki harga dan performa yang serupa seperti EV.

“Apakah adil jika saya memberi pelanggan sebuah mobil sport EV yang berperilaku sama, memiliki tingkat kenikmatan yang sama, performa yang setara, dan semua dengan harga yang sama seperti ICE? Saya pikir lebih baik menawarkan mobil listrik,” tambah Thorel.

Selain itu, ia juga menambahkan pihaknya mengesampingkan untuk menghadirkan mobil dengan powertrain hybrid dan masih menawarkan model seperti 500 terbaru dengan teknologi mild-hybrid.

“Kita harus tetap setia pada DNA merek, dan mesin yang ada pada 500 baru adalah mesin mild-hybrid yang tidak memungkinkan Anda mengekstrak tenaga untuk membuat Abarth asli. Jadi, itu (mobil hybrid sepenuhnya) mungkin tidak akan terjadi,” tegas Thorel.

Merek otomotif ikonis ini telah meluncurkan EV pertamanya bernama 500e pada tahun lalu, yang kemudian diperluas dengan menghadirkan 600e. Sementara itu, Abarth telah menarik beberapa model ICE dari pasaran seperti 595 dan 695 pada Agustus lalu.

Namun, perjalanan pabrikan di pasar elektrifikasi murni tidak berjalan murni. Beberapa waktu lalu, model 500e harus dihentikan produksinya untuk sementara waktu karena rendahnya permintaan.

Perusahaan induk dari merek ini, Stellantis mengatakan bahwa penurunan penjualan kendaraan listrik tak hanya dialami pabrikannya, tapi juga seluruh produsen otomotif di Eropa.