Adat Istiadat Suku Sunda yang Dilakukan Sehari-hari

YOGYAKARTA – Suku Sunda memiliki adat istiadat yang unik. Tradisi tersebut diselenggarakan oleh masyarakat sehari-hari. Beberapa kebudayaan Sunda bahkan tidak ditemukan di wilayah lain sehingga menarik untuk diikuti.

Perlu diketahui, Sunda adalah salah satu suku di Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa sebelah Barat. Tidak hanya di Jawa Barat, sebagian suku ini juga mendiami wilayah yang masuk di Jawa Tengah serta Banten. Wilayah yang didiami oleh etnis ini juga disebut dengan Tatar Pasundan.

Adat Istiadat Suku Sunda

Dalam kebudayaannya, masyarakat Sunda memiliki adat istiadat yang diturunkan secara turun temurun. Adat Suku Sunda secara umum sangat menekankan kebersamaan sosial dan harmonisasi kehidupan manusia dengan alam. Tak hanya itu Suku Sunda juga sangat lekat dengan kebudayaan Islam.

Berikut ini beberapa adat istiadat masyarakat Pasundan yang masih eksis sampai sekarang.

  1. Nyaneut

Dikutip dari situs visitgarut.garutkab.go.id, istulah nyaneut merupakan kependekan dari Nyai Haneut atau Cai Haneut yang dalam bahasa Indonesia berarti air hangat. Budaya ini identik dengan tradisi minum the khas Garut yang sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun. Tradisi ini dimaksudkan untuk menyambut tahun baru Islam.

Dalam pelaksanaan nyaneut, masyarakat akan menikmati minuman teh yang disajikan dengan kudapan hasil bumi seperti ubi atau singkong.

  1. Botram

Masyarakat Sunda sering menggelar botram, yakni tradisi berupa makan bersama tetangga dan kerabat dekat. Yang membedakan tradisi ini dengan makan bersama lainnya adalah penggunaan daun pisang untuk alas makanannya.

Masyarakat akan membawa lauk pauk sesuai kemampuan untuk dinikmati bersama. Tujuannya adalah untuk mempererat hubungan satu sama lain di satu lingkungan sosial.

  1. Ngeuyeuk Seuruh

Masyarakat Sunda tentu mengenal tradisi Ngeuyeuk Seuruh, yakni tradisi yang diselenggarakan sebelum pernikahan. Adat ini dimaksudkan untuk memberikan pembelajaran bagi calon pengantin sebelum mengarungi bahtera rumah tangga.

Upacara ini dipimpin oleh Nini Pangeyeuk, tokoh perempuan setempat yang dianggap mampu memberikan doa dan nasihat terkait kehidupan rumah tangga.

  1. Tembuni

Bagi masyarakat Sunda, kelahiran bayi adalah sesuatu yang spesial. Saat momen itu terjadi, masyarakat akan menggelar tradisi tembuni yakni membungkus plasenta bayi (ari-ari) kemudian berdoa bersama. Tradisi tersebut ditutup edngan mengubur atau menghanyutkan plasenta bayi ke sungai.

  1. Nejrag Bumi

Bayi yang baru lahir ke dunia oleh masyarakat Sunda akan dikenalkan kepada alam semesta. Tradisi unik ini dimaksudkan sebagai rasa bahagia orang tua dan ingin memperkenalkan sang bayi kepada karuhun (sesepuh). Cara melakukan tradisi nejrag Bumi cukup unik, yakni dengan meletakkan bayi di pelupuh bambu yang dirangkai senyaman mungkin. Kemdudian sang ibu menghentakkan kakinya ke pelupuh sebanyak tujuh kali.

  1. Seren Taun

Masyarakat Sunda yang berprofesi sebagai petani memiliki tradisi syukur yang diselenggarakan setelah panen. Tradisi ini digelar dengan tujuan agar panen selanjutnya berjalan dengan baik. Seren Taun digelar dengan berbagai proses ritual mulai dari Neteupken hingga persembahan hasil bumi untuk berbagi kebahagiaan.

  1. Munggahan

Tradisi ini digelar untuk menyambut bulan Ramadan. Munggahan dilakukan dengan banyak versi, misalnya mengadakan acara bersama keluarga lalu berdoa bersama. Tak lupa dalam tradisi ini akan diselenggarakan pembersihan badan sebagai simbol kesucian untuk menyambut bulan yang suci yakni bulan Ramadan.

Itulah informasi terkait adat istiadat suku Sunda. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.