Pentingnya Terapkan Protokol Kesehatan seperti Saat COVID-19 di Tengah Penyebaran Penyakit di Sekolah
JAKARTA – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan pentingnya vaksinasi sebagai solusi pencegahan kejadian luar biasa penyakit infeksi di sekolah dan asrama. Selain vaksinasi, penerapan protokol kesehatan juga dapat mencegah penyebaran penyakit infeksi di lingkungan sekolah.
Belakangan ini kabar soal penyebaran penyakit di lingkungan sekolah menjadi perhatian masyarakat, terutama para orangtua. Sejumlah sekolah bahkan memberlakukan lockdown dan pembelajaran jarak jauh (PJJ) karena penyakit menyebar luas di kalangan siswa.
Contohnya adalah SMPN 8 Tangserang Selatan (Tangsel) yang memutuskan lockdown selama 14 hari sejak 17 Oktober untuk mencegah penyabaran penyakit. Ini dilakukan setelah sebanyak 43 siswa SMPN 8 Tangsel terjangkit cacar air dan gondongan.
Dokter anak subspesialis infeksi dan penyakit tropis Irene Ratridewi menjelaskan mumps atau yang lebih dikenal dengan gondongan termasuk salah satu penyakit infeksi yang berpotensi menjadi wabah di sekolah selain cacar air (varicella) dan hand, foot, and mouth disease (HMFD). Penyakit HFMD ini sering juga disebut dengan flu Singapura.
Pentingnya Kejar Imunisasi
Lingkungan sekolah merupakan salah satu tempat berisiko bagi anak untuk tertular penyakit infeksi. Dr. dr. Irene Ratridewi, SpA(K) mengatakan,hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor mulai dari jajanan yang tidak sehat dan/atau terkontaminasi, lingkungan yang kurang bersih, sampai interaksi dengan teman sekelas yang sedang sakit.
Mengingat banyaknya kasus penularan penyakit infeksi di lingkungan sekolah, Irene sejumlah langkah yang perlu ditempuh, di antaranya adalah mengejar imunisasi yang tertinggal.
“Jadi mulai dari pemerintah pusat sampai daerah itu juga bersama-sama melakukan tindakan yang dapat mengurangi atau menurunkan penyebaran penyakit. Jadi, sama seperti pada waktu kemarin menghadapi pandemi COVID-19, harus sama seriusnya,” kata Irene dalam diskusi daring IDAI mengenai penyakit infeksi yang sering menyebabkan wabah di sekolah, Selasa (12/11/2024).
Masalahnya, kasus gondongan tidak hanya terjadi di SMPN 8 Tangsel. Di Jakarta, angka kasus gondongan mencapai 1.234 sejak Januari sampai Juni 2024. Kasus ini juga terjadi di beberapa sekolah di Bandung dan Cimahi, Jawa Barat.
Gondongan, yang disebabkan oleh virus paramyxovirus juga menyebar di Jawa Timur dengan 2.001 kasus di Kabupaten Malang, 215 kasus di Kota Kediri, 907 kasus di Banyuwangi dan 1.596 di Jombang.
Penyakit gondongan, cacar air, dan MFMD menurut Irene memang seringkali mengintai anak usia sekolah saat memasuki musim pancaroba. Ketiga penyakit ini dapat menyebar dengan cepat ke anak-anak di sekolah dan lingkungan karena penyebarannya melalui droplet airbone atau percikan air di udara.
“Anak-anak yang menderita ketiga penyakit (mumps, HFMD dan varicella) harus tidak boleh masuk sekolah, harus diam di rumah karantina, isolasi, physical distancing,” imbuh Irene.
Baca juga:
- Menilik Dampak Jangka Panjang Tren Childfree yang Melonjak di Indonesia
- Keputusan Childfree Tidak Lagi Didominasi Perempuan Berpendidikan Tinggi
- Ironi Dunia Kerja Indonesia: Perusahaan Kesulitan Cari Pegawai di Tengah Badai PHK
- Peternak Mandi Susu Sapi sebagai Bentuk Protes, Akibat Banjir Impor atau Kualitas Lokal yang Buruk?
Dokter Irene juga nenuturkan, penyebaran infeksi terjadi secara masif karena adanya penurunan vaksinasi sejak pandemi COVID-19. Risikonya, sekitar 80 juta anak berada dalam bahaya penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi.
“Sejak pandemi memang banyak sekali yang disrupted, artinya ditunda atau bahkan mungkin tidak dikerjakan sama sekali. Ada juga yang 14 persen itu malah tidak divaksin sama sekali, 27 persen patuh, tetap vaksin,” jelasnya.
“Memang sebaiknya segera dikejar vaksinasinya. Akan jauh lebih baik daripada tidak divaksin sama sekali. Kalau misalkan sudah divaksin tapi masih sakit juga, asalkan timing vaksinasinya tepat, saat antibodinya bagus atau naik, maka gejala klinisnya akan lebih ringan, bahkan tidak bergejala sama sekali dibanding yang tidak divaksin,” Irene menambahkan.
Cara Sederhana Cegah Penularan Penyakit
Memberikan vaksinasi secara lengkap memang tak berarti 100 persen dapat mencegah anak terhindar dari penyakit. Namun Irene melanjutkan, anak-anak yang mendapatkan vaksinasi secara lengkap termasuk cacar air, gondongan, dan flu Singapura akan mengurangi penularan atau kalau pun tertular bisa meminimalisasi keparahan.
Selain mengejar ketertinggalan vaksinasi, Irene juga menjelaskan strategi lain untuk mencegah penularan penyakit yang kini marak dialami anak sekolah.
Untuk mencegah penyebaran penyakit infeksi seperti gondongan dan cacar air yang banyak terjadi di sekolah, kata Irene bisa dilakukan dengan langkah-langkah sederhana seperti menjaga kebersihan tangan, menjaga jarak fisik, dan karantina mandiri jika bergejala atar tersangkit penyakit infeksi.
Seperti yang disinggung sebelumnya, sekolah menjadi salah satu tempat rawan untuk penularan penyakit infeksi karena beberapa faktor, seperti lingkungan kurang bersih, ventilasi yang kurang, dan interaksi anak-anak.
Umumnya anak sekolah berbagi peralatan makan hingga mainan. Tak hanya itu, mereka juga cukup intens berinteraksi dengan teman sekolah sehingga berisiko menularkan penyakit.
Karena itu, Irene mengingatkan kembali pentingnya menerapkan protokol kesehatan seperti yang diterapkan selama pandemi COVID-19, termasuk menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sebagai langkah efektif mengurangi penyebaran penyakit.
"Anak-anak diharapkan untuk tetap menggunakan masker saat berada di ruang kelas yang padat. Menjaga jarak fisik juga perlu dilakukan, terutama saat berada di tempat umum seperti kantin atau aula sekolah," tegas Irene.
Salah satu kebiasaan lainnya yang juga bisa menjadi pencegah penularan penyakit adalah etika batuk dan bersin. Dengan mengajarkan anak-anak untuk menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin dapat mencegah penularan penyakit melalui udara. Karena itu, Irene menekankan bahwa etika batuk dan bersin ini perlu menjadi kebiasaan yang ditanamkan sejak dini.