Debat Pilkada Jabar 2024: Para Paslon Soroti Budaya dan Industri Kreatif sebagai Pilar Kemajuan
Cirebon – Debat publik putaran kedua Pilkada Jawa Barat 2024 berlangsung semarak di Cirebon, Sabtu malam, 16 November. Mengusung tema “Budaya Inovatif”, keempat pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat memaparkan komitmen mereka dalam memajukan budaya dan industri kreatif sebagai fondasi pembangunan daerah.
Paslon Nomor 1: Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwinatarina
Paslon ini menekankan pentingnya pelestarian tradisi masyarakat Jawa Barat, khususnya di wilayah pedesaan. Mengenakan batik Mega Mendung khas Cirebon sebagai simbol budaya, mereka menegaskan komitmennya terhadap warisan budaya lokal.
“Kami mengenakan batik Mega Mendung khas Cirebon malam ini sebagai simbol penghormatan terhadap budaya setempat,” kata Gitalis Dwinatarina, menegaskan bahwa tradisi lokal harus dijaga sambil tetap relevan dengan perkembangan zaman.
Paslon Nomor 2: Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja
Bagi pasangan ini, budaya tidak hanya dilestarikan, tetapi juga diubah menjadi bagian dari industri kreatif yang bernilai ekonomi. Ronal Surapradja, yang mengenakan pakaian hasil karyanya sendiri, menyatakan bahwa budaya bisa menghasilkan keuntungan tanpa kehilangan esensi tradisionalnya.
“Baju yang saya pakai ini adalah hasil karya saya sendiri. Artinya, budaya bisa menjadi industri. Budayanya lestari, industrinya menghasilkan keuntungan,” ungkap Ronal.
Paslon Nomor 3: Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie
Paslon ini menyoroti pentingnya memperkuat daya tarik budaya lokal, seperti batik Mega Mendung yang telah menjadi identitas masyarakat Cirebon. Menurut mereka, pelestarian budaya lokal dapat meningkatkan citra Jawa Barat di tingkat nasional maupun internasional.
“Cirebon adalah kota batik dengan daerah Trusmi yang terkenal. Batik Mega Mendung ini memiliki kekhasan yang perlu terus kita jaga,” ujar Ahmad Syaikhu.
BACA JUGA:
Paslon Nomor 4: Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan
Pasangan ini menegaskan perlunya memadukan empat elemen budaya—bahasa, makanan, fesyen, dan seni—dengan teknologi digital. Mereka berkomitmen untuk memperluas akses pasar bagi produk budaya melalui promosi digital.
“Keempat elemen ini harus mendapat ruang di era digital agar produk masyarakat tradisi dapat diakses lebih luas dan memberikan manfaat ekonomi,” ungkap Dedi Mulyadi.
Anggota KPU Jabar, Hedi Ardia, menyampaikan bahwa debat publik ini diharapkan menjadi panduan bagi masyarakat dalam memilih pemimpin yang memiliki visi konkret terkait pelestarian budaya dan inovasi.
“Tema ini menggali visi-misi dan gagasan paslon terkait budaya inovatif, toleransi agama, lingkungan hidup, dan inovasi,” ujarnya.
Keempat paslon sepakat bahwa pelestarian budaya dan pengembangan industri kreatif dapat berjalan beriringan, memperkuat identitas Jawa Barat sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.