Sempat Dinyatakan Meninggal, Ternyata Tiga Korban Banjir NTT Masih Hidup
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo memaparkan perkembangan penanganan bencana banjir bandang di Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat ini, korban mencapai 165 orang. Sementara, 45 orang masih hilang.
Doni menjelaskan ada perbaikan data korban banjir NTT. Terdapat tiga orang yang sebelumnya dinyatakan meninggal dunia. Namun, berdasarkan pengecekan ulang, ternyata mereka masih hidup.
"Rote Ndao semula dilaporkan ada dua yang meninggal ternyata laporan dari Bupati yang meninggal nihil, termasuk juga Ngada yang semula satu orang meninggal ternyata masih hidup," kata Doni dalam konferensi pers virtual, Jumat, 9 April.
Berdasarkan laporan yang diterima, korban meninggal dunia tersebar di Kabupaten Flores Timur sebanyak 71 orang, Malaka 6 orang, Lembata 46 orang, Ende 1 orang, Sabu Raijua 2, Alor 28 orang, Kabupaten Kupang 4 orang, Sikka 1 orang, Kota Kupang 4 orang, dan Ende 1 orang.
"Sementara yang masih hilang di Flores Timur ada 5 orang, Lembata 22 orang, Sabu Raijua 5 orang, dan Alor 13 orang," ucap dia.
Baca juga:
- Produsen Minyak Goreng Filma Milik Konglomerat Eka Tjipta Widjaja Ini Raup Laba Rp1,5 Triliun di 2020
- BSD, Perusahaan Properti Milik Konglomerat Eka Tjipta Widjaja Ini Labanya Jeblok 89 Persen di 2020
- Perusahaan Properti Milik Konglomerat Eka Tjipta Widjaja Ini Permudah Konsumen Miliki Apartemen di Klaska Residence Surabaya
- Sinar Mas Land, Pengembang Properti Milik Konglomerat Eka Tjipta Widjaja Hadirkan Aplikasi OneSmile
Selain itu, sebanyak 156 orang mengalami luka-luka dan 17.834 orang mengungsi. Sebanyak 2.595 rumah rusak berat, 225 rumah rusak sedang, 5.502 rumah rusak ringan.
"Lalu ada 17 rumah hanyut, 60 rumah terendam, 40 akses jalan tertutup pohon tumbang, 5 jembatan putus, 87 fasilitas umum terdampak, dan 1 kapal tenggelam," jelas Doni.
Pencarian dan evakuasi di lapangan dilakukan dari berbagai unsur seperti Basarnas, TNI, Polri, SAR gabungan, sukarelawan dan warga setempat. Medan berat dan kondisi lapangan dan kurangnya alat berat menghambat operasi di lapangan.
Masing-masing posko terus melakukan upaya penanganan darurat seperti pencarian dan evakuasi korban, pelayanan warga dipengungsian, pendistribusian bantuan, pendataan maupun pembukaan akses yang terisolisasi.