IKLIM Fest Konsisten Angkat Isu Krisis Iklim lewat Musik
JAKARTA - IKLIM Fest sukses digelar di Biji World, Bali akhir pekan lalu. Acara ini merupakan kelanjutan dari lokakarya pada Juli lalu, sekaligus momen perilisan album sonic/panic Vol. 2 yang menampilkan 15 musisi dari berbagai wilayah Indonesia, yang bersama-sama menyuarakan urgensi krisis iklim serta mengajak pendengar untuk beraksi demi menjaga bumi.
I Gede Robi Supriyanto, salah satu inisiator IKLIM mengatakan bahwa kekuatan musik jadi medium yang tepat untuk melakukan perubahan.
"Musik itu powerful. Untuk membuat perubahan, kita harus menyentuh hati orang, dan seni adalah media yang paling efektif untuk itu. Isu lingkungan adalah isu yang penting untuk dibicarakan. Jika kita sebagai masyarakat tidak berbicara, pemerintah tidak akan mendengarkan dan tidak akan mengangkat isu ini dalam kebijakan publik,” kata Robi melalui siaran pers yang diterima VOI, Kamis, 14 November.
Cholil Mahmud dari Efek Rumah Kaca yang ikut ambil bagian dalam proyek ini mengatakan, lokakarya yang diadakan oleh IKLIM sebelumnya sebagai bagian dari proses penggarapan album yang baru diluncurkan.
“Sebelum mengerjakan album, kami mengikuti workshop pendalaman materi. Ini yang membedakan sonic/panic Vol.2 dari kompilasi-kompilasi serupa yang pernah kami ikuti sebelumnya,” ujar Cholil.
Baca juga:
“Workshop ini memberikan kesempatan bagi musisi yang belum terlalu memahami isu tapi sudah sadar pentingnya untuk belajar lebih dalam, dan bagi mereka yang sudah paham, untuk memperbarui informasi serta memperkuat pemahaman mereka,” lanjutnya.
Bagi musisi yang terlibat, sonic/panic Vol. 2 bukan sekadar proses berkarya, namun sebuah perjalanan memahami dampak nyata perubahan iklim.
Vokalis LAS! (band rock alternatif Pontianak), Bob Gloriaus pun berbagi pengalaman tentang perjalanannya ke daerah terpencil di Kalimantan Barat bersama Trend Asia. Di sana, ia menyaksikan langsung dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan tambang terhadap lingkungan setempat.
"Kami menyaksikan bagaimana hutan adat yang menjadi sumber kehidupan masyarakat tradisional hancur karena proyek energi yang seharusnya ramah lingkungan. Ini memberi kami refleksi mendalam dan menginspirasi lagu yang kami ciptakan untuk album ini," kata Bob.
Kolaborasi ini juga ingin memupuk rasa tanggung jawab bersama dalam menjaga alam.
"Bergerak sendirian sering terasa seperti tanpa harapan. Tapi bergerak bersama, kita bisa mencapai lebih banyak. Dalam menjaga bumi, kita harus melangkah bersama,” ujar Asteriska, salah satu penyanyi yang terlibat di album inim
Terkait kemungkinan IKLIM Fest diselenggarakan di lokasi lain, Asteriska menegaskan bahwa acara ini bisa dilakukan di mana saja, dengan syarat adanya dukungan dari penyelenggara acara yang dapat mewujudkan festival ramah lingkungan.