Bagikan:

JAKARTA - Lima belas musisi dan band Indonesia berkumpul di Bali pekan lalu untuk menyatakan komitmen dalam menyuarakan isu krisis iklim lewat karya musik. Mereka mengikuti lokakarya bertajuk "Aktivisme Musik dan Lingkungan" yang diadakan oleh IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts, and Music Lab).

Adapun, 15 musisi dan band yang hadir dalam lokakarya adalah Asteriska, Bsar, Daniel Rumbekwan, Bachoxs, Down For Life, Efek Rumah Kaca, Jangar, Las!, MatterMos, Petra Sihombing, Poker Mustache, Rhosy Snap, The Vondallz, Voice of Baceprot, dan Wake Up Iris.

Selama lima hari, mereka berpartisipasi dalam sesi interaktif bersama organisasi, pakar lingkungan, dan musisi yang sudah bergabung ke IKLIM sejak tahun sebelumnya.

I Gede Robi, vokalis Navicula yang ikut menggagas IKLIM menyatakan apa yang dilakukan gerakan ini untuk mengangkat kepedulian atas isu-isu lingkungan yang harus ditanggapi dengan serius. Dia melihat kehadiran musisi dengan karya-karyanya punya peranan penting untuk meningkatkan kesadaran atas isu tersebut.

“Musisi memiliki tugas untuk menciptakan lagu yang dapat membentuk opini publik sehingga isu ini menjadi skala prioritas perbincangan di masyarakat. Jika semakin banyak dibicarakan, akan terbentuk kebijakan atau regulasi yang mendukung,” kata Robi.

“Sinergi kita melalui musik ini bertujuan untuk membentuk opini publik, terutama mengenai krisis iklim," imbuhnya.

Menurut Robi, upaya kolektif yang konsisten sangat diperlukan agar semakin banyak musisi terlibat dalam menyuarakan isu ini, sehingga memberikan dampak yang lebih luas.

Sementara itu, Vania Marisca dari duo Wake Up Iris mengungkap rasa bangganya bisa terlibat dalam IKLIM dan mengikuti lokakarya tahun ini.

“Di lokakarya ini, kita dipaparkan dari bermacam-macam hal. Sebagai musisi, kami melihatnya sebagai kesempatan untuk mengolah data itu dengan cara kreatif agar tersampaikan ke khalayak lebih luas,” ujar Vania.

Adapun, lokakarya tahun ini ditutup dengan aktivitas penanaman pohon di area Gianyar sebagai bentuk tanggung jawab musisi terhadap emisi karbon yang dihasilkan untuk menghadiri dan selama beraktivitas di Bali. Selanjutnya, seluruh musisi yang terlibat dalam lokakarya akan menciptakan karya musik dengan pesan kesadaran lingkungan dan krisis iklim. Hasil kolaborasi ini rencananya akan diluncurkan di penghujung tahun 2024.