Ingin Balap AS, China Percepat Misi Pengembalian Sampel Mars

JAKARTA – NASA berencana membawa pulang sampel dari Mars sebelum tahun 2040 sehingga tim peninjau strategi telah dibuat. Namun, masih ada kemungkinan lembaga antariksa AS itu tertinggal dari China.

Awalnya, China berencana meluncurkan misi pengembalian sampel Mars pada tahun 2030. Namun, saat Konferensi Eksplorasi Luar Angkasa Internasional digelar di China, lembaga antariksa negara tersebut mengatakan bahwa jadwal peluncurannya dipercepat. 

Mereka berencana meluncurkan misi Tianwen-3, sebutan untuk program pengembalian sampel Mars, pada tahun 2028. Jika peluncuran misinya berjalan dengan lancar, NASA bisa tertinggal karena mereka masih fokus pada pembuatan strategi berbiaya rendah. 

"Diperlukan dua peluncuran untuk melaksanakan misi pengembalian sampel Mars karena keterbatasan daya angkut roket kami saat ini. Dua roket pembawa Long March-5 akan digunakan untuk misi tersebut," kata Kepala Perancang Proyek Pengembalian Sampel Mars Liu Jizhong kepada kantor berita Xinhua, dikutip melalui Space.

Misi Tianwen-3 hampir sama seperti misi MSR yang akan diluncurkan NASA. Mereka akan mengumpulkan sampel dari permukaan Mars, meluncurkan wahana yang membawa sampel, melakukan docking di orbit Mars, lalu meluncurkan wahananya ke Bumi.

Wahana pendarat Tianwen-3 mirip dengan Chang'e 5 dan Chang'e 6 yang dilengkapi dengan sekop dan bor. Misi penting di bidang penelitian sains ini akan melibatkan kerja sama internasional, termasuk pengangkutan muatan hingga pembagian hasil sampel dan data.

Meski persiapan China berjalan dengan lancar, pihak AS menganggap bahwa Tianwen-3 lebih bersifat politis. Scott Hubbard, yang pernah menjadi Direktur Program Mars Pertama NASA, menganggap bahwa China memiliki pengetahuan yang kurang terhadap misi ini.

Menurutnya, jika China berhasil mengambil sampel, nilai ilmiahnya akan lebih rendah dibandingkan dengan sampel yang NASA pilih secara seksama. Hubbard yakin dengan hasil penjelajahan Perseverance di planet merah tersebut. 

"Jika China berhasil melakukan 'pengambilan sampel' di Mars dan mengembalikannya dengan selamat ke Bumi sebelum AS, itu akan menjadi 'Momen Sputnik," kata Hubbard. "Menurut saya, kekuatan performatif dan politis dari tajuk utama 'China mengalahkan AS' jauh lebih penting bagi Republik Rakyat China."