Ospek Kabinet Merah Putih di Gunung Tidar Memupuk Kerja Sama, Menghapus Ego Sektoral

JAKARTA – Para menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih mengikuti pembekalan di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah. Mereka telah berangkat dengan pesawat C-130J Super Hercules A-1340 milik TNI Angkatan Udara dari Halim Perdanakusuma, Kamis (24/10/2024). Pembekalan ini menurut pengamat politik bisa menumbuhkan nuansa dan sensasi kedisiplinan serta kerja sama membangun bangsa.

Presiden Prabowo Subianto mengatakan pembekalan menteri ini diharapkan bisa membawa aura tradisi keberanian hingga heroism bagi menteri kabinet, karena Magelang merupkan daerah sentra perlawanan di masa penjajahan.

“Saudara-saudara, saya sangat mengutamakan kerja sama sebagai tim. Untuk itu dalam waktu dekat saya akan mengajak saudara-saudara ke Magelang di mana kita akan melaksanakan beberapa hari menambah pembekalan, kemudian kita akan adakan koordinasi-koordinasi, di Magelang, Jawa tengah, di kawasan Akademi Militer,” ujar Prabowo mengawali penjelasannya tentang pembekalan menteri di Magelang.

Anggota Kabinet Merah Putih akan menjalani pembekalan atau pelatihan Akmil mulai 25 sampai 27 Oktober.

Wujud Perjalanan Hidup

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan agenda penggemblengan di Magelang akan jauh lebih komplet ketimbang rapat kabinet paripurna perdana yang diselenggarakan di Istana Negara, Rabu (23/10), karena diikuti seluruh menter dan wakil menteri.

"Jadi ini sebuah team building, tapi sekaligus juga koordinasi-koordinasi antar kementerian," kata Hasan di Gedung Kemensetneg.

Sementara itu, Ketua Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran Sufmi Dasco Ahmad mengatakan kegiatan itu untuk menyamakan visi dan misi presiden dengan para pembantunya di kabinet.

"Itu ada penyamaan visi yang akan dilakukan di Akmil selama tiga hari. Setelah itu mulai bekerja," kata Dasco.

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri), Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (kanan), Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo (dua kiri) dan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (dua kanan) serta para menteri Kabinet Merah Putih lainnya menumpangi pesawat C-130J Super Hercules A-1340 milik TNI Angkatan Udara dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, menuju Bandara Internasional Adisucipto, Yogyakarta, Kamis (24/10/2024). (ANTARA/Andi Firdaus/aa)

Lebih lanjut, Dasco juga mengatakan bakal memaparkan langkah-langkah yang akan ditempuh pemerintah di awal masa pemerintahan. Prabowo ingin agar seluruh anak buahnya paham dan mengerti dengan baik program-program apa saja yang dilakukan, terutama dalam 100 hari ke depan.

Lembah Tidar, sebagaimana Gunung Tidar, berasal dari kata Mukti dan Kadadar. Mukti memiliki arti bahagia dan sukses sedangkan Kadadar mengacu pada pendidikan, penempaan, dan pengujian. Sederhananya, Lembah Tidar adalah wujud perjalanan hidup untuk meraih kesuksesan.

Lembah di kawasan Gunung Tidar merupakan tempat Akmil yang melahirkan perwira TNI AD. Akademi ini pertama kali didirikan pada 1945, tidak lama setelah Indonesia merdeka dan sampai sekarang menjadi institusi utama yang mendidik dan melatih para calon perwira TNI AD.

Lembah Tidar juga menjadi simbol ketangguhan, disiplin, dan pengabdian para calon perwira yang ditempa dengan berbagai pendidikan fisik, mental, dan intelektual. Akmil di Lembah Tidar dikenal sebagai tempat di mana para taruna belajar tidak hanya tentang ilmu militer, namun juga nilai-nilai kepemimpinan, moralitas, dan dedikasi terhadap bangsa dan negara.

Beberapa personel Brimob lengkap dengan senjata mereka berjaga jelang rapat kerja Presiden Prabowo Subianto dan retreat Kabinet Merah Putih 2024-2029 di kawasan Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, Kamis (24/10/2024). (ANTARA/Muhammad Adimaja/Spt)

Selain sebagai tempat Akmil, Gunung Tidar juga menjadi simbol spiritual yang erat kaitannya dengan sejarah dan mitologi Pulau Jawa. Tempat ini sering dijadikan lokasi ziarah dan kunjungan spiritual bagi mereka yang mencari kedamaian atau ingin mengenal lebih jauh mengenai sejarah kebudayaan Jawa.

Disiplin adalah Kunci Sukses

Direktur Eksekutif Political Communication Studies and Research Centre (PolCom SRC) Andriadi Achmad menyambut positif pembekalan KMP di Gunung Tidar, Magelang. Andriadi menilai acara ospek para menteri dan wamen ala militer yang dilakukan Prabowo Subianto bisa memberikan manfaat untuk menumbuhkan nuansa dan rasa kedisiplinan, keteraturan, dan kerja sama dalam bekerja membangun bangsa.

“Karena kedisiplinan dan keteraturan serta kerjasama adalah kunci kesuksesan dan keberhasilan,” tutur Andriadi kepada VOI.

“Sebagaimana kita perhatikan bahwa pendidikan militer adalah salah satu laboratorium terbaik melahirkan para pemimpinan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, saya sangat mendukung short course militery terhadap menteri-menteri Prabowo-Gibran,” imbuh dosen Universitas Al Azhar Indonesia ini.

Prabowo Subianto melantik 48 menteri dan 56 wakil menteri, yang kemudian disebut banyak orang sebagai kabinet gemuk. Dari 48 kementerian, 21 di antaranya merupakan hasil pemecahan dari sembilan kementerian pada periode sebelumnya.

Grafis pembekalan Kabinet Merah Putih di Gunung Tidar, Magelang, Jawa Tengah. (ANTARA)

Gemuknya KMP menimbulkan kekhawatiran banyak pihak, terutama soal sinergi antar kementerian. Dengan adanya pembekalan di Akmil Magelang ini, pengamat politik Badan Riset dan Inovasi Nasional Siti Zuhro menuturkan, team building ini dapat meminimalisir munculnya ego sektoral.

“Satu sisi ini kan team work, maka tidak boleh muncul ego sektoral, yang diperlukan adalah kerja sama, bagaimana saling mengisi,” kata pengamat politik BRIN, Siti Zuhro.

Dari kaca mata psikologi, pembekalan di lingkungan yang kental dengan nilai-nilai militer diyakini bisa memengaruhi mentalitas kepemimpinan para menteri.

Hal ini dituturkan psikolog Andik Matulessy. Ia mengatakan atmosfer perjuangan di Akmil bisa membangkitkan semangat tanggung jawab dan keberanian. Nilai-nilai tersebut penting dalam menghadapi tantangan besar yang dihadapi pemerintahan.

Namun di sisi lain, untuk para menteri yang tidak memiliki latar belakang militer, suasana seperti ini bisa memicu tekanan psikologis. Karena itu, perlu ada pendekatan yang lebih inklusif untuk mengurangi ketegangan.