Mengenal Istilah Post-Graduation Depression, Depresi yang Melanda Setelah Lulus Kuliah
JAKARTA - Tampaknya berlawanan dengan intuisi bahwa mencapai tujuan seperti kelulusan dapat menyebabkan gejala depresi. Namun, banyak anak muda yang baru lulus mengalami masa kesedihan setelah meninggalkan kenyamanan bersekolah dan kebersamaan dengan teman-teman di sekolah.
Post-graduation depression atau depresi pasca-kelulusan juga dikenal sebagai "kesedihan saat lulus sekolah". Anda tidak sendirian jika merasa kehidupan setelah sekolah tidak berjalan sesuai harapan.
Meski tidak jelas berapa banyak lulusan yang mengalami gangguan suasana hati selama masa transisi selesai bersekolah, statistik menunjukkan bahwa orang dewasa muda mengalami depresi pada tingkat lebih tinggi daripada rata-rata.
Misalnya, data tahun 2005 – 2020 dari Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA), melansir Psych Central, Selasa, 22 Oktober menunjukkan bahwa orang dewasa berusia 18 hingga 25 tahun mengalami episode depresi berat lebih banyak daripada kelompok usia lainnya. Perbedaan ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir hingga sekitar dua kali lipat dari tingkat populasi umum.
Jika gejala depresi pasca-kelulusan mengganggu kemampuan untuk berfungsi dengan baik, Anda mungkin mengalami jenis depresi situasional. Jenis penekanan suasana hati dan energi jangka pendek ini tidak sama dengan diagnosis gangguan depresi berat (MDD).
MDD adalah diagnosis klinis gangguan depresi dengan berbagai penyebab dan gejala yang menetap atau berulang. Namun, jika Anda mengalami kesedihan pasca-kelulusan atau depresi situasional, kemungkinan besar Anda akan merasa lebih baik setelah menyesuaikan diri dengan kehidupan di usai lulus. Jika Anda mengalami gejala depresi lebih dari 2 minggu, mungkin ada baiknya mencari dukungan dari profesional kesehatan mental.
Tanda-tanda depresi pasca kelulusan
Depresi dapat memengaruhi suasana hati, kognisi, dan bahkan kesehatan fisik seseorang.
Gejala depresi meliputi:
- kesedihan
- kecemasan
- perasaan hampa
- pesimisme
- putus asa
- frustrasi
- gelisah
- kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati
- tingkat energi yang berkurang
- kehilangan memori
- kesulitan berkonsentrasi
- kesulitan dalam pengambilan keputusan
- perubahan pola tidur
- perubahan nafsu makan atau berat badan
- gejala fisik seperti nyeri atau gangguan pencernaan
- pikiran untuk bunuh diri
- upaya bunuh diri
Tingkat keparahan gejala dapat berbeda-beda pada setiap orang. Bisa jadi, Anda hanya mengalami satu atau dua dari semua jenis gejala tapi ada juga yang merasakan banyak gejala. Yang perlu diingat, pengalaman Anda bisa jadi berbeda dengan orang lain.
Penyebab depresi pasca-kelulusan
Ada beberapa alasan mengapa Anda mengalami kesedihan setelah lulus.
Pengangguran
Meskipun beberapa orang lulus dengan pekerjaan yang menjanjikan, hal ini tidak berlaku bagi semua orang. Jika Anda seorang lulusan dan menganggur untuk beberapa waktu, tentu saja hal ini dapat sangat membebani pikiran.
Menurut penelitian dari 2015, orang dewasa muda yang menganggur tiga kali lebih mungkin mengalami depresi daripada yang memiliki pekerjaan. Orang dewasa muda didefinisikan sebagai orang berusia 18 hingga 25 tahun.
Stres finansial
Stres finansial merupakan pengalaman umum bagi para lulusan. Memiliki pekerjaan di akhir program pasca-sekolah menengah bahkan mungkin tidak menghilangkan kekhawatiran tentang uang. Banyak lulusan dihadapkan dengan pembayaran pinjaman mahasiswa yang termasuk dalam biaya hidup mereka, yang sering kali didanai oleh pekerjaan bergaji rendah dan tingkat pemula.
Tinjauan tahun 2022 dari 40 studi observasional menemukan hubungan positif antara stres finansial dan depresi pada orang dewasa. Hubungan tersebut lebih kuat pada kelompok sosial ekonomi rendah.
Penelitian menghubungkan kurangnya dukungan sosial dengan masalah kesehatan mental seperti depresi. Wisuda adalah saat siswa meninggalkan kelompok sebaya mereka untuk memulai hidup baru sebagai orang dewasa yang bekerja.
Baik Anda tinggal di asrama atau pergi ke sekolah untuk kelas setiap hari, kelulusan berarti berakhirnya hubungan sosial dan rutinitas yang telah Anda bangun. Pergeseran struktur sosial ini dapat memicu depresi bagi sebagian orang.
Transisi kehidupan yang besar
Banyak orang mengalami depresi selama transisi kehidupan yang besar seperti lulus sekolah. Menurut penelitian, transisi dapat menyebabkan depresi jika:
- bersifat besar
- bersifat tiba-tiba
- mengubah peran hidup seseorang
Transisi kehidupan seperti lulus sekolah membawa begitu banyak perubahan. Jadwal Anda tiba-tiba berbeda, dan lingkungan sosial telah berubah. Anda menyesuaikan diri dengan pekerjaan baru atau mencoba mencari pekerjaan baru, dan Anda mungkin harus pindah ke tempat tinggal baru. Hal ini dapat terasa sangat membebani dan menyebabkan gejala depresi bagi sebagian orang.
Baca juga:
Cara mengatasi depresi pasca-kelulusan
Saat mengalami gejala depresi pasca-kelulusan, melakukan tindakan apapun dapat terasa seperti membutuhkan lebih banyak energi daripada yang dimiliki. Namun, ada beberapa hal yang dapat dicoba untuk membantu Anda merasa lebih baik.
Menjadwalkan hari Anda: Rutinitas harian dapat menambah struktur dalam hidup dan membantu Anda memprioritaskan aktivitas yang menyehatkan seperti tidur dan olahraga.
Menjaga hubungan sosial: Kontak sosial yang teratur dan penuh kasih sayang dengan teman dan keluarga dapat menjadi dukungan kesehatan mental yang berharga.
Mengonsumsi makanan bergizi: Makanan padat nutrisi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental.
Menyisihkan waktu berolahraga: Olahraga teratur, termasuk paparan sinar matahari dan ruang hijau jika tersedia, dapat membantu suasana hati dan meningkatkan kesehatan.
Mempraktikkan kebersihan tidur: Waktu tidur yang konsisten, mematikan layar, dan ruang tidur yang gelap dan tenang adalah contoh elemen kebersihan tidur yang bermanfaat.