Presiden Biden Terbang ke Berlin untuk Bahas Perang Ukraina serta Timur Tengah dengan Pemimpin Eropa
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden terbang ke Berlin pada Hari Kamis untuk kunjungan singkat guna membahas invasi Rusia ke Ukraina dengan para pemimpin Jerman, Prancis, dan Inggris.
Konflik yang meluas dengan cepat di Timur Tengah juga diperkirakan akan menjadi agenda utama dalam pembicaraan antara para pemimpin tersebut karena upaya diplomatik untuk menghentikan pertempuran telah terhenti.
Presiden Biden awalnya dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan yang lebih luas dengan para pendukung militer Ukraina di pangkalan udara AS Ramstein di Jerman minggu lalu, selama kunjungan kenegaraan tiga hari yang direncanakan ke negara itu, menjadi yang pertama dalam hampir 40 tahun.
Ia membatalkan perjalanan itu untuk fokus menangani serangan dan dampak dari Badai Milton, tetapi menebusnya dengan kunjungan singkat minggu ini.
Presiden Biden dijadwalkan mendarat pada Kamis malam di Berlin waktu setempat, mengadakan pembicaraan bilateral pada Jumat pagi dengan presiden dan kanselir Jerman, sebelum pertemuan yang direncanakan dengan apa yang disebut sebagai kuartet Eropa pada sore hari.
Presiden Biden memiliki hubungan kerja yang erat dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Perjalanan ini dipandang sebagai penghormatan terhadap kemitraan tersebut sebelum presiden meninggalkan jabatannya pada Bulan Januari.
"Situasi di medan perang di Ukraina, lintasan perang, bagaimana sekutu dapat mendukung Ukraina dengan sebaik-baiknya akan menjadi pokok bahasan," kata seorang pejabat senior pemerintah AS sebelum perjalanan tentang pertemuan dengan para pemimpin Eropa, melansir Reuters 17 Oktober.
Diketahui, perjalanan kali ini dilakukan setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengunjungi ibu kota negara-negara barat guna menyampaikan "rencana kemenangannya" untuk mengakhiri invasi Rusia yang telah berlangsung lebih dari dua setengah tahun, saat pasukan Moskow bergerak maju di timur dan musim dingin yang suram dengan pemadaman listrik sudah di depan mata.
"Jerman dan Amerika Serikat adalah pendukung terbesar Ukraina dalam membela kedaulatan dan integritasnya serta demokrasinya. Dan kami akan terus demikian," kata Kanselir Scholz kepada Parlemen Jerman pada Hari Rabu.
"Tetapi ini adalah saat ketika, selain dukungan kami yang jelas untuk Ukraina, kami juga harus melakukan segala yang kami bisa untuk mencari tahu bagaimana kami dapat memastikan bahwa perang ini tidak berlangsung selamanya, bahwa perang ini tidak terus membunuh banyak sekali wanita dan pria," tambahnya.
Baca juga:
- Pejabat Senior Taipei Sebut China Sedang Membangun Kapasitas untuk Menyerang Taiwan
- Setelah Meledakkan Jalan dan Rel di Dekat Perbatasan, Korea Utara Sebut Korea Selatan Sebagai Negara Bermusuhan
- AS Tegaskan Israel Berhak Menargetkan Kelompok Militan Hizbullah, Tapi Wajib Lindungi Warga Sipil Lebanon
- Dubes Thomas-Greenfield Tegaskan AS akan Awasi Kebijakan Israel untuk Memastikan Tidak Ada Kelaparan di Gaza
Kunjungan Presiden Biden juga terjadi di tengah kekhawatiran akan eskalasi pertempuran yang lebih luas di Timur Tengah menjadi konflik skala penuh antara Israel dan Iran. Masalah itu juga akan dibahas dalam pertemuan tersebut, kata pejabat AS tersebut.
"Kami tidak akan menerima Iran menyerang Israel dengan rudal," kata Kanselir Scholz kemarin.
"Itu tidak boleh terjadi. Tidak boleh ada destabilisasi lebih lanjut di kawasan itu. Dan Iran sedang bermain api. Itu harus dihentikan," tandasnya.