Legislator Golkar Minta Jokowi Tetapkan Banjir Bandang di NTT Bencana Nasional

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena mendorong pemerintah menetapkan musibah banjir bandang dan longsor di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai bencana nasional.

Mengingat dampak bencana terjadi di seluruh kabupaten dan kota yang ada di provinsi tersebut.

 Dia juga menyebutkan daerah terdampak bencana banjir bandang dan longsor tidak hanya di Flores Timur. Bahkan hampir di seluruh wilayah NTT.

"Skala kerusakan bisa dipastikan seluruh daerah di NTT. Di Sumba juga mengalami hal yang sama, di daratan Timor juga mengalami hal yang sama, di Rote, Sabu, Alor, Lembata, daerah-daerah kabupaten kepulauan juga mengalami hal yang sama," ujar Melkiades dalam keterangannya, Senin, 5 April.

Karenanya, legislator dapil NTT itu meminta pemerintah pusat segera mengirimkan bantuan bagi masyarakat terdampak. Bekerjasama dengan pemda untuk mempercepat pemulihan dampak ekonomi dan sosial.

"Terutama membantu agar kesehatan di NTT dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan penyakit berbahaya lainnya," kata politikus Golkar itu.

Perkembangan terkini, korban meninggal dunia akibat bencana alam banjir dan longsor di sejumlah kabupaten, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi 68 orang. Korban meninggal berasal dari 4 kabupaten.

"Korban jiwa masih dalam pendataan. 68 orang meninggal dunia," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Raditya Jati, dalam keterangan tertulis, Senin, 5 April.

Sebanyak 68 orang meninggal itu terdiri dari 44 orang di Kabupaten Flores Timur, 11 di Kabupaten Lembata, 2 di Kabupaten Ende, dan 11 di Kabupaten Alor. Sementara 15 orang luka-luka dengan rincian 9 di Flores Timur, 1 di Kabupaten Ngada, dan 5 di Kabupaten Alor.

"70 orang hilang yakni 26 di Flores Timur, 16 di Kabupaten Lembata, 28 di Kabupaten Alor," ungkapnya.

Data ini merupakan update per pukul 14.00 WIB BNPB juga mencatat ada 938 KK atau 2.655 Jiwa terdampak akibat bencana. BNPB masih mendata jumlah korban.

Sementara kerugian materiil, 25 rumah rusak berat, 114 unit rumah rusak sedang, 17 unit rumah hanyut, 60 unit rumah terendam, 743 unit rumah terdampak, 40 titik akses jalan tertutup pohon tumbang, 5 jembatan putus, 1 fasilitas umum terdampak, dan 1 kapal tenggelam.