Kremlin Sebut Latihan Nuklir NATO hanya Meningkatkan Ketegangan di Tengah Perang Ukraina
JAKARTA - Latihan nuklir bertajuk 'Steadfast Noon' yang digelar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) hanya meningkatkan ketegangan di tengah-tengah “perang panas” di Ukraina, kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada para wartawan.
"Mengingat fase 'perang panas' dari konflik Ukraina, latihan semacam itu pasti tidak akan menghasilkan apa-apa selain eskalasi lebih lanjut dari ketegangan," kata Peskov, dilansir dari TASS 15 Oktober.
Lebih lanjut Peskov mengatakan, tidak mungkin mengadakan pembicaraan senjata nuklir dengan AS, sesuatu yang telah diisyaratkan Washington bahwa mereka terbuka untuk itu, karena kekuatan nuklir Barat terlibat dalam konflik melawan Rusia dan oleh karena itu setiap pembicaraan keamanan harus memiliki cakupan yang jauh lebih luas.
"Dalam konteks perang yang dilancarkan terhadap Rusia dengan keterlibatan tidak langsung dan bahkan langsung dari kekuatan nuklir seperti Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Prancis, sama sekali tidak mungkin untuk membicarakan hal ini tanpa menghubungkan masalah tersebut dengan semua aspek keamanan lainnya," terang Peskov, dikutip dari Reuters.
"Sebenarnya, presiden kami telah berbicara tentang hal ini. Rusia menganggap kontak semacam itu perlu dan tidak dapat ditunda, tetapi kita harus mempertimbangkan semua masalah keamanan secara keseluruhan, dengan mempertimbangkan keadaan terkini," jelasnya.
Dalam kesempatan itu Peskov juga menolak pernyataan dari Bruno Kahl, kepala dinas intelijen luar negeri Jerman, yang sebelumnya mengatakan pasukan Rusia akan berada dalam posisi untuk menyerang wilayah NATO paling lambat pada akhir dekade ini.
"Rusia tidak pernah bergerak dengan infrastruktur militernya ke arah NATO, selalu sebaliknya," tegas Peskov.
"Oleh karena itu, mengatakan angkatan bersenjata Rusia-lah yang menimbulkan bahaya bagi siapa pun adalah sepenuhnya salah, tidak masuk akal, dan, yang terpenting, bertentangan dengan seluruh jalannya sejarah, yang telah menyebabkan konfrontasi yang kini kita semua alami bersama," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, NATO menggelar latihan 'Steadfast Noon' mulai Senin kemarin selama dua pekan kedepan.
Sekjen NATO Mark Rutte pekan lalu mengatakan, latihan itu merupakan unjuk kemampuan pencegahan yang kuat dengan latar belakang retorika nuklir yang meningkat dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca juga:
- UNICEF Sebut Jeda Kemanusiaan di Gaza untuk Menyelesaikan Vaksinasi Polio Telah Disetujui
- Pemimpin Chechnya Kadyrov Sebut Anggota Parlemen Rusia Rencanakan Pembunuhan Terhadapnya
- Kritik Pernyataan Kepala MI5 Inggris Soal Intelijen Rusia, Kremlin: Tidak Berdasar
- Dua Pasukan PBB Asal Indonesia Terluka Akibat Serangan Israel, Menlu Retno: Selidiki dan Minta Pertanggungjawaban
Dikatakan ada sekitar 60 pesawat, termasuk jet tempur F-35A dan pembom B-52. Total ada sekitar dua ribu personel militer yang akan terlibat dari 13 negara dan delapan pangkalan udara.
Senjata nuklir tidak akan dipasang di pesawat pada latihan kali ini tang mencakup penerbangan di atas Belgia dan Belanda, serta di wilayah udara di atas Denmark, Inggris dan Laut Utaran.
Latihan Steadfast Noon merupakan bagian dari program misi nuklir gabungan NATO, yang memungkinkan penggunaan senjata nuklir taktis AS yang dipasang di pesawat-pesawat anggota non-nuklir blok tersebut.