Suku-Suku di NTT dan Fakta Menarik Tentangnya
JAKARTA - Ada beragam suku di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dan tahukah Anda bila beberapa suku-suku ini tersebar di beberapa wilayah di wilayah NTT? Penasaran suku-suku di NTT apa saja yang ada? Mari kita simak bersama beberapa sukunya.
Mengenal suku-suku di NTT
Suku Atoni
Suku bangsa Atoni berdiam di pedalaman Pulau Timor wilayah barat yang beberapa besar berupa tanah kering dan berbukit-bukit kering, seperti di kefettoran Amarasi, Fatu Leu, Amfoan, Mollo, Amanuban, Amanatun, Miomafo, Insana dan Beboki.
Jumlah populasinya sekitar 300.000 jiwa. Orang Atoni memiliki beragam-jenis sebutan. Orang Tetun menyebut mereka orang Dawan, Orang Bunak menyebut mereka Rawan, penduduk di kota Kupang menyebut mereka Orang Gunung.
Suku Alor
Suku bangsa Alor mendiami daratan pulau Alor, Pantar dan pulau-pulau kecil di antaranya. Tempat mereka kini termasuk ke dalam kawasan Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nama Alor mungkin diberi oleh orang luar untuk menyebut semua golongan masyarakat yang berdiam di tempat itu.
Mereka sendiri terdiri atas sejumlah suku-suku bangsa, antara lain Abui, Alor, Belagar, Deing, Kabola, Kawel, Kelong, Kemang, Kramang, Kui, Lemma, Maneta, Mauta, Seboda, Wersin, dan Wuwuli. Pada masa lampau sub-sub suku bangsa itu masing-masing hidup terasing di wilayah perbukitan dan pegunungan, secara khusus untuk menghindari peperangan dan tekanan dari dunia luar.
Suku Boti
Suku Boti yakni merupakan salah satu suku tertua di Provinsi NTT. Keberadaannya yang nyaris tidak terdengar memang pas dengan lokasi mereka yang bertempat tinggal jauh dari kehidupan kota dan jalur yang ala kadarnya untuk dilewati kendaraan bermotor.
Dari Kupang, Ibukota Provinsi NTT, secara khusus dulu kita akan menjelang Kota So’e yang merupakan Ibukota dari Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Kota kecil yang teduh, penghasil buah jeruk. Pada musim jeruk, kita bisa membeli buah itu secara langsung dari pohon. Jangan heran jika dengan uang sebanyak lima ribu rupiah kita telah dapat dipersilahkan memakan jeruk sepuasnya dari pohon.
Suku Bajawa
Untuk suku suku di NTT yang selanjutnya adalah suku Bajawa. Secara bahasa Bajawa berarti India belakang. Nenek moyang penduduk Bajawa berasal dari India belakang yang masuk ke pulau Jawa, kemudian mereka melanjutkan perjalanan lewat samudera menuju ke Flores dengan mengendarai sampan yang mereka anggap mirip seperti piring.
Oleh karena itu nama kota daerah tinggalnya di Flores disebut dengan Bhajawa, yang berarti piring dari Jawa. Pendaratan pertama mereka di Flores yakni di tempat Aimere, kemudian mereka melanjutkan perjalanan darat sampai ke Bajawa.
Para pendatang itu membawa tradisi dari Hindia belakang yang kemudian mereka padukan dengan tradisi NTT, yakni Ngadhu dan Bhaga.
Suku Deing
Suku Deing merupakan suatu golongan masyarkat yang mendiami tempat Lebang Beengada, Mariabang, Nadar dan Bagang, yang berada di kabupaten Alor provinsi Nusa Tenggara Timur. Suku Deing, merupakan salah satu dari puluhan suku-suku kecil yang berada di kabupaten Alor.
Populasi suku Deing termasuk kecil, tetapi mereka eksis sebagai suatu golongan masyarakat yang mempunyai adat-istiadat, tradisi dan bahasa sendiri. Suku Deing berdialog dalam bahasa Deing, yang jadi suatu bahasa cabang bahasa Austronesia.
Suku Ende
Suku Ende adalah satu dari dua suku yang menjadi mayoritas di kabupaten Ende di pulau Flores provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Ende di kabupaten Ende hidup bersama dengan suku Lio yang juga mendiami tempat ini.
Suku Lio sebagai suku tetangga suku Ende pada biasanya hidup di tempat pegunungan. Meski suku Ende bertempat tinggal di tempat pesisir di sekitar wilayah selatan kabupaten Ende.
Suku Flores
Suku bangsa Flores adalah percampuran etnis antara Melayu, Melanesia, dan Portugis. Dikarenakan lokasi yang berdekatan dengan Timor, yang pernah menjadi Koloni Portugis, karenanya interaksi dengan kebudayaan Portugis pernah terjadi dalam kebudayaan Flores, beik lewat Genetika, Agama dan kebiasaan.
Suku Kedang
Suku bangsa ini mendiami desa-desa dalam tempat Omesuri dan Buyasuri di Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kedua tempat itu berada di daratan Pulau Lomblem atau Lembata yang beberapa besar berupa padang rumput berbukit-bukit. Jumlah populasi suku bangsa berbahasa Kedang ini diperkirakan sekitar 12.000 jiwa.
Suku Kemak
Masyarakat ini hidup dari pertanian di ladang dan sawah, beternak kerbau, kuda, sapi, babi dan kambing. Kaum wanita mereka juga suka menenun kain (tais) Timor yang cukup terkenal itu.
Jumlah populasi suku Kemak sekitar 50.000 jiwa. Dalam berhubungan dengan suku bangsa lain di wilayah Timor Leste mereka menggunakan bahasa Tetun.
Suku Kemang
Suku Kemang merupakan salah satu suku kecil dari sekian banyak suku-suku di kabupaten Alor. Suku Kemang memiliki populasi yang kecil, namun mereka memiliki adat-istiadat, budaya dan bahasa sendiri, yaitu bahasa Kemang.
Masyarakat suku Kemang dalam bertahan hidup pada bidang pertanian. Mereka memiliki ladang atau kebun yang ditanami beberapa jenis tanaman untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari, seperti jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian, pisang dan kelapa.
Suku Lamaholot
Suku Lamaholot adalah salah satu komunitas masyarakat yang terdapat di kabupaten Flores Timur, Tanjung Bunga, Adonara, Solor dan Lembata, yang semuanya berada di provinsi Nusa Tenggara Timur. Masyarakat suku Lamaholot berbicara dalam bahasa Lamaholot.
Bahasa Lamaholot memiliki banyak varian bahasa, yang disebut sebagai bahasa Lamaholot dengan dialek-dialeknya.Menurut penuturan masyarakat Lamaholot, bahwa pada awalnya bahasa mereka hanya satu bahasa, yaitu bahasa Lamaholot, dengan terjadinya percampuran penduduk dari suku-suku lain mempengaruhi penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Suku Manggarai
Suku bangsa Manggarai mendiami Kabupaten Manggarai yang terletak di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jumlah populasinya sekitar 350.000 jiwa.
Bahasa Manggarai nampaknya terdiri atas beberapa dialek, seperti dialek Pae, Mabai, Rejong, Mbaen, Pota, Manggarai Tengah, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat. Empat dialek terdepan mungkin merupakan bahasa dari kelompok suku bangsa tersendiri yang tunduk kepada orang Manggarai di zaman dulu.
Suku Ngada
Orang Ngada sesungguhnya terdiri atas sebagian sub-suku bangsa yakni Ngada, Maung, Riung, Rongga, Nage Keo, Bajawa dan Palue. Sub-sub suku bangsa itu biasanya ditandai oleh perbedaan aksen yang mereka gunakan.
Sungguhpun demikian itu ciri-ciri kebudayaan mereka menonjolkan kesamaan. Masyarakat Suku Ngada berdiam di Pulau Flores, tepatnya di kawasan Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Populasinya diperkirakan sekitar 155.000 jiwa. Mata pencaharian hidup mereka biasanya merupakan berladang, beberapa di sawah, ada pula yang beternak sapi, kerbau, dan kuda.
Suku Rote
Suku Rote atau Orang Rote berdiam di Pulau Roti, Ndao dan beberapa pantai barat Pulau Timor, di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tempat mereka termasuk dalam kawasan Kabupaten Kupang.
Ada pendapat para pakar bahwa penduduk di pulau-pulau itu sebetulnya berasal dari Pulau Seram di Maluku Tengah. Jumlah populasinya sekitar 88.000 jiwa.
Suku Sika
Sika merupakan sebuah suku-suku di NTT di bangsa Indonesia yang menetap di kawasan tengah timur Flores antara Sungai Bloh dan Sungai Napung. Bahasa Sika, wilayah dari rumpun bahasa Timor-Ambon, dipertuturkan oleh suku Sika.
Fakta menarik tentang NTT
Punya kekayaan alam yang indah
Penyebab NTT terdiri dari banyak pulau, tentu saja mereka punya banyak pantai dan keindahan laut. Dapat dikatakan NTT merupakan surganya pantai. Pantainya tak kalah cantik dibanding pantai di Bali dan NTB. Di Pulau Timor ada Pantai Wini, Pantai Kolbano, Pantai Lasiana, Pantai Tablolong, dan Pantai Oetune. Di Pulau Flores ada Pantai Pink, taman 17 laut, Pantai Koka. Dan di Pulau Sumba ada Pantai Nihiwatu yang masuk 20 besar pantai terindah di dunia, Pantai Bwana, di Rote ada Pantai Nembrala yang acap kali menjadi daerah arena selancar internasional setiap bulan September – Oktober.
Bukan cuma pantai saja, NTT punya taman laut terbaik di dunia lho, namanya Taman Laut Selat Pantar di Pulau Alor. Taman laut ini salah satu destinasi unggulan para penyelam kelas dunia dari Amerika, Australia, Austria, Inggris, Belgia, Belanda, Jerman, Kanada, Selandia Baru, dan sebagian negara di Asia. Ken Parker, salah satu penyelam kelas dunia dari Amerika Serikat yang mengucapkan “More big fish, prolific swarming masses of schools than anywhere I’ve seen in 20 years of diving.” Ada pula Michael AW, fotografer asal Singapura yang mengungkapkan bahwa Taman Laut Selat Pantar Ialah salah satu daerah diving kelas dunia!
Temuan Manusia Purba Asal NTT
Kalian tentu ingat dengan sosok Bilbo Baggins dalam film Trilogi Lord of The Rings ataupun trilogi The Hobbit. Masih ingat dengan ukuran tubuhnya? Nah ternyata pada tahun 2003 di situs penggalian Liang Bua, Flores, ditemukan spesies manusia purba yang memiliki ukuran tubuh sama dengan “hobbit.”
Penemuan besar itu merupakan hal yang luar biasa, sebab spesies manusia purba yang diberi nama Homo Floresiensis hingga saat ini masih terus menerus diperbincangkan dan ditelusuri keberadaannya oleh para ilmuwan.
Kaya akan budaya
Karena ada banyak suku-suku di NTT tentunya budaya disana juga akan beragam. Masih ingat cerita Presiden Joko Widodo yang terkejut saat disambut warga NTT dengan kecupan hidung? Nah, kecupan hidung merupakan salah satu budaya yang ada di NTT yang amat sangat kental di tiap-tiap suku – sukunya.
Ada yang unik, ada yang menarik, ada yang sakral sampai ada yang terkesan menyeramkan. Budaya kecup hidung di kalangan Suku Sabu yang menggambarkan kekeluargaan, atau suguhan sirih pinang sebagai penyambut tetamu di Suku Dawan (Timor). Pasola di Sumba, atau Caci di Flores, sampai budaya Semana Santa yang umum berlangsung pada dikala paskah di Pulau Flores.
Selain suku-suku di NTT dan ragam fakta menarik tentangnya, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!