Google Diperintahkan Pengadilan AS untuk Buka Persaingan di Toko Aplikasinya Selama Tiga Tahun
JAKARTA – Pengadilan Amerika Serikat telah memerintahkan Google untuk membuka persaingan di toko aplikasinya, Google Play, guna memberikan lebih banyak pilihan kepada pengguna Android terkait cara mereka mengunduh aplikasi dan melakukan pembayaran dalam aplikasi. Keputusan ini datang setelah kemenangan Epic Games, pembuat game populer "Fortnite," dalam gugatan antimonopoli yang menuduh Google memonopoli akses aplikasi dan pembayaran dalam platform Android.
Hakim James Donato dari Pengadilan Distrik San Francisco memberikan perintah kepada Google untuk mengubah struktur bisnis toko aplikasinya, setelah juri memutuskan tahun lalu bahwa perusahaan tersebut melanggar hukum persaingan.
Dalam perintahnya, Donato mengharuskan Google untuk memungkinkan pengguna mengunduh aplikasi dari platform atau toko aplikasi pihak ketiga yang bersaing, serta tidak boleh melarang penggunaan metode pembayaran di dalam aplikasi selama tiga tahun ke depan.
Dalam rincian perintah pengadilan, Google juga dilarang melakukan pembayaran kepada produsen perangkat agar mereka memasang Play Store secara eksklusif di perangkat Android. Selain itu, Google tidak boleh berbagi pendapatan yang diperoleh dari Play Store dengan distributor aplikasi lainnya, sebuah praktik yang dianggap oleh pengadilan membatasi persaingan.
Perintah tersebut, yang mulai berlaku pada 1 November 2024, memberi waktu bagi Google untuk menyesuaikan perjanjian dan praktik bisnis mereka sesuai dengan perintah pengadilan. Selain itu, Google dan Epic Games diharuskan membentuk komite teknis yang terdiri dari tiga orang untuk memantau implementasi keputusan ini. Dua anggota dipilih oleh masing-masing perusahaan, sedangkan anggota ketiga akan dipilih oleh kedua pihak tersebut.
Google menanggapi keputusan ini dengan menyatakan akan mengajukan banding ke Pengadilan Banding Sirkuit AS ke-9 di San Francisco dan meminta agar pelaksanaan perintah tersebut ditunda hingga proses banding selesai. Dalam pernyataan resmi, Google mengungkapkan keprihatinannya bahwa perubahan ini bisa menimbulkan "sejumlah konsekuensi yang tidak diinginkan" bagi konsumen, pengembang, dan produsen perangkat di Amerika Serikat.
Epic Games Sambut Keputusan Ini
Sementara itu, CEO Epic Games, Tim Sweeney, menyebut perintah ini sebagai "berita besar" di media sosial X (sebelumnya Twitter). Ia menyatakan bahwa Epic Games Store dan toko aplikasi lainnya akan hadir di Google Play pada tahun 2025. Sweeney menambahkan bahwa pengembang aplikasi, pembuat toko aplikasi, dan para pelaku bisnis lainnya memiliki waktu tiga tahun untuk membangun ekosistem Android yang kompetitif sehingga Google tidak lagi bisa memonopoli pasar tersebut.
Gugatan Epic Games pertama kali diajukan pada tahun 2020, dengan tuduhan bahwa Google telah memonopoli cara konsumen mengakses aplikasi dan melakukan pembayaran di dalam aplikasi di perangkat Android. Pada Desember 2023, juri memutuskan bahwa Google bersalah atas tuduhan ini, yang akhirnya mengarah pada perintah injunksi dari Hakim Donato.
Baca juga:
Kasus Monopoli Google Lainnya
Keputusan ini merupakan salah satu dari beberapa tantangan hukum yang dihadapi Google terkait dugaan praktik monopoli. Pada bulan Agustus lalu, Hakim Amit Mehta dari pengadilan Washington memutuskan bahwa Google secara ilegal memonopoli pasar pencarian web dengan menghabiskan miliaran dolar untuk menjadi mesin pencari default di berbagai perangkat dan platform. Kasus tersebut merupakan tuntutan antimonopoli yang diajukan oleh Departemen Kehakiman AS.
Selain itu, Google juga sedang menghadapi gugatan terkait dominasi di pasar teknologi periklanan di pengadilan federal di Virginia, di mana sidang kasus tersebut baru dimulai pada bulan September 2024. Dalam semua kasus ini, Google membantah tuduhan telah melakukan monopoli dan menegaskan bahwa mereka tetap berkompetisi secara sehat di berbagai pasar.
Pasca keputusan pengadilan, saham perusahaan induk Google, Alphabet Inc., ditutup turun 2,5% menjadi 164,39 dolar AS pada Senin, 7 Oktober 2024. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan pengadilan tersebut berpotensi memengaruhi keuntungan yang selama ini diperoleh dari Google Play, yang merupakan salah satu sumber pendapatan penting bagi Google.
Dengan berbagai tekanan hukum yang sedang dihadapi, Google tampaknya harus menghadapi perubahan signifikan dalam operasional bisnisnya, terutama terkait toko aplikasi dan layanan digital lainnya yang selama ini menjadi salah satu kekuatan utama perusahaan.