Dukungan Amerika Serikat ke Israel Picu Amarah, Penasihat Kamala Harris Temui Pemimpin Muslim dan Arab AS
JAKARTA - Penasihat senior petahana Wakil Presiden AS sekaligus calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris, menemui para pemimpin Arab dan Muslim Amerika Serikat pada Hari Rabu, saat tim kampanyenya berusaia memenangkan kembali para pemilih yang marah atas dukungan Washington terhadap perang Israel di Gaza dan Lebanon.
Phil Gordan, penasihat keamanan nasional Kamala Harris mengatakan kepada para pemimpin komunitas dalam pertemuan virtual tersebut, pemerintah mendukung gencatan senjata di Gaza, diplomasi di Lebanon dan stabilitas di Tepi Barat yang diduduki Israel, kata Kantor Wakil Presiden.
Terkait itu, pengacara sekaligus tokoh masyarakat Lebanon-Amerika Ali Dagher mengatakan, penjangkauan yang dilakukan oleh Kantor Wapres Harris tidaklah cukup.
"Terlalu sedikit, terlalu terlambat," kata Dagher yang tidak ikut serta dalam pertemuan tersebut, melansir Reuters 3 Oktober.
Harris akan menghadapi mantan Presiden AS dari Partai Republik Donald Trump, dalam Pemilihan Presiden 5 November mendatang yang menurut berbagai jajak pendapat akan berlangsung ketat.
Dukungan AS untuk Israel telah menyebabkan protes besar, terutama di negara-negara bagian yang diperebutkan dengan sengit seperti Michigan yang dapat menentukan hasil pemilu.
Harris tidak menawarkan perbedaan kebijakan yang substantif mengenai Israel dengan Biden, yang mengundurkan diri sebagai calon presiden pada Bulan Juli lalu.
Diketahui, Presiden Joe Biden memenangkan sebagian besar suara Muslim dan Arab tahun 2020. Namun, dukungan mereka terhadap Demokrat telah merosot tajam selama hampir satu tahun Israel memerangi Hamas di Gaza.
Para aktivis mengatakan, Pemerintahan Presiden Biden dan Wapres Harris tidak berbuat banyak untuk menghentikan kampanye militer Israel di daerah kantong Palestina tersebut.
Emgage, sebuah kelompok advokasi Muslim Amerika, baru-baru ini mendukung Harris, sementara yang lain mendesak para pendukungnya untuk menjauhinya. Meskipun mereka tidak mendukung Trump, pilihan mereka untuk tidak memilih atau memilih calon dari pihak ketiga dapat merugikan Harris, kata para analis.
Hingga kemarin, serangan militer Israel di Gaza telah menewaskan sekitar 41.689 warga Palestina, sementara korban luka-luka mencapai 96,625 orang, kebanyakan anak-anak dan perempuan, kata otoritas kesehatan Palestina seperti mengutip WAFA.
Baca juga:
- Korban Tewas Terus Bertambah, PM Sementara Sebut Lebanon Sangat Butuh Gencatan Senjata
- Presiden Zelensky Harapkan Dukungan Sekutu untuk Ukraina Sama Seperti yang Diterima Israel
- Presiden Biden Tegaskan AS Tidak akan Mendukung Serangan Israel ke Situs Nuklir Iran
- Rusia Tepis Kemungkinan Dialog Strategis Nuklir dengan Amerika Serikat di Tengah Kebijakan Bermusuhan
Israel merespons serangan 7 Oktober 2023 oleh kelompok bersenjata Hamas, yang menurut Israel telah menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik sekitar 250 sandera.
Gaza telah mengalami krisis kemanusiaan dengan hampir semua dari 2 juta penduduknya mengungsi dan kelaparan yang meluas di daerah kantong tersebut.
Di Lebanon, lebih dari 1.900 orang telah terbunuh dan 9.000 lainnya terluka selama hampir satu tahun pertempuran lintas batas antara Israel dan Hizbullah yang didukung oleh Iran, dengan sebagian besar korban tewas dalam dua minggu terakhir, menurut statistik pemerintah Lebanon.