Biar Enggak Menyakiti dan Kasar, Kenali 6 Hal Tentang Angry Sex atau Hubungan Seks saat Marah
YOGYAKARTA – Angry sex atau aktivitas seksual yang dilakukan setelah terlibat rasa marah, misalnya usai bertengkar hebat dalam kondisi emosi masih tinggi pada pasangan. Terkadang seks dalam kondisi ini lepas kontrol sampai jadi kasar dan liar sehingga menyakiti. Untuk itu, consent atau persetujuan harus terjalin saat melakukan hubungan seksual dalam kondisi emosi sedang tinggi.
Menurut seksolog Jess O’Reilly, Ph.D., seks yang penuh kemarahan dapat melibatkan aktivitas seksual yang menyimpang, bersifat spontan, tetapi merasa lebih rileks dan rasional setelah berhubungan seks sehingga bisa meredakan ketegangan. Karena sangat tipis jarak kenikmatan dan rasa sakit dalam momen intim bersama pasangan, ketahui hal tentang angry sex berikut ini supaya bisa mencapai manfaatnya.
1. Jalin persetujuan
Persetujuan sangat penting dalam semua aspek kehidupan. Saat kita menyetujui sesuatu, artinya consent terjalin dan menyetujui keadaan yang ada. Seks dalam kemarahan bisa jadi kasar, liar, dan tak terkendali. Dengan consent, setiap orang yang melakukannya bersepakat memastikan keduanya nyaman dan baik-baik saja dalam aktivitas seksual.
"Mendapatkan persetujuan tidak hanya sehat dan aman, tetapi juga menyenangkan. Anda cenderung tampil lebih baik dalam keintiman seksual saat Anda mendapatkan persetujuan pasangan. Oleh karena itu, meminta persetujuan pasangan adalah hal pertama yang harus Anda lakukan terkait keintiman seksual," jelas Shagoon Maurya, psikolog konseling dan psikoterapis.
2. Berkomunikasi
Berinisiatif melakukan hubungan seksual sambil marah, harus disertai mendapatkan persetujuan. Jika pasangan Anda mengatakan tidak, maka hormati keputusannya. Apabila pasangan mengiyakan, penting untuk sama-sama menjaga rasa aman supaya tidak saling menyakiti.
3. Tetapkan batasan
Selama seks yang penuh amarah, hubungan seksual yang lebih kasar dari biasanya adalah hal yang umum. Hal-hal seperti bondage, rasa sakit fisik, hingga dominasi lebih umum terjadi dalam seks yang penuh amarah. Terkadang, seks yang intens mungkin menjadi sedikit berlebihan bagi seseorang, hingga menjadi tidak nyaman dan menyakitkan. Oleh karena itu, menetapkan batasan di kamar tidur dan mempraktikkannya sangatlah penting.
4. Pahami suasana hati pasangan
Hubungan seks saat marah, seperti penjelasan O’Reilly, bisa membantu relaksasi dan membuat jeda supaya berpikir rasional setelahnya. Tetapi sebelum mulai menginisiasi aktivitas seksual, penting untuk membaca suasana hati pasangan. Dekati kekasih hati Anda dengan rayuan seksual setelahnya apabila ia menyetujui dan merespons baik.
Baca juga:
- Terapi Seks: Cara Atasi Gangguan Seksual Tanpa Perawatan Medis
- 4 Alasan Kenapa Pasangan Perlu Saling Menggoda atau Flirting
- Bersikap Tenang dalam Kehidupan Sehari-hari, Memupuk Hubungan Romantis Lebih Menyenangkan
- Mengenal Apa Itu Meditasi Seksual, Cara Tingkatkan Kesadaran Tubuh Guna Menambah Kenikmatan Bercinta
5. Perawatan pasca-seks
Seks hanyalah pintu menuju kedekatan selama masa-masa tidak nyaman dalam hubungan. Artinya, ini hanyalah titik awal. Apa yang terjadi setelah seks yang intens adalah tahap yang lebih kritis. Yaitu berdiskusi serius tentang masalah yang menyebabkan seks yang penuh amarah. Kemudian, lakukan keintiman yang lembut dengan pasangan Anda dan bicarakan semuanya dengan cara yang penuh perhatian dan kasih sayang.
6. Jalani hubungan yang lebih sehat di luar seks
Untuk memperbaiki hubungan dan diri Anda sendiri, penting untuk menjadi lebih baik. Penting juga memahami, Anda dan pasangan harus menjalani hubungan lebih sehat di luar seks. Misalnya, memiliki komunikasi yang sehat, kehidupan intim yang kuat, dan kehidupan profesional yang nyaman. Karena ini membantu Anda menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan harmonis dengan pasangan Anda.
Cara terbaik mengukur keberhasilan angry sex adalah dengan saling terbuka dengan pasangan. Tanyakan pada pasangan apakah ia merasa nyaman saat berhubungan seks. Penting juga bertanya pada diri sendiri, apakah Anda bisa menikmati momen ini atau merasa canggung. Melansir VeryWellMind, Senin, 30 September, harus diingat bahwa jangan menggunakan seks dalam amarah sebagai sarana menghindari masalah. Seks tidak dapat menyelesaikan masalah atau memperbaikinya.