Rupiah Berpotensi Menguat Didorong Pelemahan Data Manufaktur dan Jasa AS

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 25 September 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Selasa, 24 September 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup naik 0,13 persen di level Rp15.187 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,03 persen ke level harga Rp15.186 per dolar AS.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan aktivitas bisnis AS stabil pada bulan September, tetapi harga rata-rata yang dibebankan untuk barang dan jasa naik pada laju tercepat dalam enam bulan, yang mungkin menunjukkan percepatan inflasi dalam beberapa bulan mendatang.

"Data tersebut muncul setelah Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin minggu lalu, yang mana beberapa pejabat berkomentar pada hari Senin bahwa langkah tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan keseimbangan yang baru muncul dan sehat dalam perekonomian," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Rabu, 25 September.

Selain itu, S&P Global melaporkan Indeks Output PMI Gabungan AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa menjadi 54,4 pada bulan ini dibandingkan dengan angka akhir 54,6 pada bulan Agustus, meski demikian dengan pembacaan di atas 50 menandakan ekspansi.

Dari sisi dalam negeri, Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga 2024 tetap stabil, akibat terjadi pemangkasan suku bunga BI Rate serta Fed Fund Rate (FFR), pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,06 persen secara tahunan atau year on year (YoY).

Adapun, proyeksi tersebut cenderung stabil dari realisasi kuartal kedua 2024 yang sebesar 5,05 persen (YoY). Di tengah perkembangan global yang terus dinamis.

Sementara itu, ketidakpastian atau volatilitas di pasar keuangan mulai menunjukkan penurunan dan semakin membaik. Di mana aliran modal mulai masuk ke pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN).

Meski arah kebijakan moneter di negara maju, utamanya AS menunjukkan soft landing, pemerintah tetap akan mewaspadai kondisi geopolitik, termasuk perkembangan Pemilu di AS yang akan menenutkan arah kebijakan.

Adapun, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada akhir tahun 2024. Sementara secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi sepanjang semester pertama lalu berada di angka 5,08 persen.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melihat seiring dengan mulai berlangsungnya pemangkasan suku bunga acuan, ekonomi mampu tumbuh tetap berada pada rentang 4,7 persen hingga 5,5 persen, dengan nilai tengah di angka 5,1 persen.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Rabu, 25 September 2024 dalam rentang harga Rp15.130 - Rp15.230 per dolar AS.