JAKARTA - Ekonom Universitas Mataram Diswandi menilai keberadaan fasilitas pemurnian tembaga dan logam mulia PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, mampu memperkuat industri pengolahan.
"Kalau kita lihat secara ekonomi konvensional, keberadaan smelter dapat meningkatkan produk domestik regional bruto (PDRB) dari sektor pertambangan," ujar Diswandi di Mataram, dikutip dari Antara, Rabu 26 September.
Ia menuturkan pengolahan tembaga kini tidak lagi dilakukan di luar negeri melainkan langsung di lokasi tambang yang berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi daerah.
Aktivitas pengolahan tembaga yang tidak lagi dilakukan di luar negeri dapat memberikan variasi produk yang bisa diekspor Nusa Tenggara Barat ke depan.
Menurutnya, variasi ekspor itu tidak mengubah persentase ekspor tambang non-migas yang masih menjadi penyumbang terbesar nilai ekspor Nusa Tenggara Barat saat ini.
"Meskipun smelter memberikan keuntungan ekonomi, jangan sampai keuntungan itu hanya dirasakan oleh pemilik saham. Keuntungan tersebut juga harus dirasakan oleh masyarakat sekitar smelter,” kata Diswandi.
Lebih lanjut dia menyampaikan seiring pendapatan yang semakin meningkat, maka Amman mesti meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility untuk menciptakan tenaga kerja lokal yang optimal dengan membiayai pendidikan masyarakat sekitar.
Pada Agustus 2024, Badan Pusat Statistik menyebutkan nilai ekspor Nusa Tenggara Barat mayoritas ditopang oleh komoditas tambang dengan angka mencapai 443,53 juta dolar AS atau setara 98,74 persen dari total nilai ekspor.
BACA JUGA:
Ekspor mineral itu dilakukan ke sejumlah negara, di antaranya China, Korea Selatan dan Jepang. Aktivitas muat dilakukan langsung dari Pelabuhan Benete yang ada di Sumbawa Barat.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) NTB menyebutkan kontribusi industri pengolahan di Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 3,86 persen pada tahun 2023.
Bappeda NTB telah menyusun arah pembangunan jangan panjang di mana target rasio pertumbuhan domestik regional bruto industri pengolahan di Nusa Tenggara Barat adalah 7,66 persen pada tahun 2025, sebesar 14,44 persen pada tahun 2034, dan menjadi 21,27 persen pada tahun 2045.