JAKARTA - Nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka melemah pada pembukaan perdagangan 2 Maret. Rupiah dibuka melemah 20 poin atau 0,14 persen ke level Rp14.338 per dolar AS.
Pantauan VOI, pada pukul 08.42, rupiah melemah lagi 0,40 persen ke Rp 14.375 per dolar AS Ini adalah pelemahan rupiah dalam 10 hari perdagangan berturut-turut.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, COVID-19 masih menjadi headline dan sentimen negatif untuk aset berisiko di awal pekan ini, termasuk rupiah yang berpotensi tertekan lagi.
"Berita-berita menginformasikan penambahan orang terinfeksi di luar China dengan laju yang cepat seperti di Korea, Italia dan Iran, dan ada negara baru yang terinfeksi," ujar Ariston kepada VOI.
Indeks saham Asia terlihat dibuka negatif pagi ini. Pasar masih tertarik mengalihkan aset ke aset aman. Yield obligasi pemerintah AS terus turun ke level terendah baru di 1,027 persen karena tingginya permintaan.
Pasar menurutnya, juga mengantisipasi buruknya data indeks aktivitas manufaktur China bulan Februari yang disurvei oleh Markit.
"Data berpotensi menunjukkan aktivitas manufaktur China akan berkontraksi. Kontraksi manufaktur di China bisa memberikan dampak negatif ke negara partner-nya terutama penyedia bahan baku," jelasnya.
Ia pun memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.100-14.400 per dolar AS hari ini.
Dalam 10 hari perdagangan, rupiah sudah terdepresiasi pelemahan 5,16 persen. Faktor ketakutan masih membayangi pasar keuangan Asia di awal perdagangan pagi ini.
Pelemahan rupiah pagi ini masih menjadi pelemahan terburuk di kawasan Asia. Padahal, mayoritas mata uang di Asia pagi ini mulai menguat terhadap the dolar AS. Hanya rupiah dan peso yang masih takluk kepada dolar AS.