Alasan Utama Sultan Agung Melancarkan Serangan ke Batavia, Perlawanan dari Kerajaan Mataram Islam
YOGYAKARTA - Sultan Agung pernah melakukan serangan ke Batavia, yang saat ini bernama Jakarta, pada tahun 1628 dan 1629. Sultan Mataram ketiga ini menggerakkan pasukannya karena menyadari kehadiran VOC di Batavia bisa kekuasaan Mataram Islam di Pulau Jawa. Lantas apa alasan utama Sultan Agung melancarkan serangan ke Batavia?
Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja Jawa yang berhasil membawa Kesultanan Mataram di era kejayaan. Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma ini memerintah di pusat ibukota Mataram Islam yang berada di Yogyakarta dan melakukan ekspansi ke berbagai daerah di Pulau Jawa.
Di masa kepemimpinannya, Sultan Agung menentang kongsi dagang Belanda (VOC). Salah satu langkah yang dilakukan adalah menyerbu Batavia yang kala itu menjadi pusat pemerintahan VOC. Sebagai wawasan sejarah mengenai perkembangan kerajaan Mataram Islam, menarik untuk menyimak alasan Sultan Agung menyerang Batavia.
Alasan Sultan Agung Melancarkan Serangan ke Batavia
Berikut ini beberapa alasan yang memicu Sultan Agung mengirim pasukan untuk menyerang VOC di Batavia:
VOC mengancam kekuasaan Mataram Islam
Keberadaan VOC di Batavia dianggap mengancam hegemoni kekuasaan Kerajaan Mataram Islam. Faktor inilah yang menjadi salah satu alasan Sultan Agung menyerang Batavia. Ketika VOC masih berpusat di Ambon, hubungan dagang antara Mataram dan VOC sebenarnya berjalan dengan baik dan saling menguntungkan.
Sebenarnya sejak awal kekuasaannya, Sultan Agung sudah menegaskan bahwa hubungan Mataram dan VOC hanya bisa berlanjut jika VOC tidak memiliki niat untuk menguasai Pulau Jawa.
Keadaan memburuk saat VOC berhasil merebut Jayakarta pada tahun 1619 dan mengubah namanya menjadi Batavia. Tak sekadar itu, pada tahun 1620, Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen, memindahkan pusat kekuasaan VOC dari Ambon ke Batavia.
Pemindahan ini dilakukan lantaran Batavia dianggap memiliki letak yang lebih strategis dan lebih potensial untuk pengembangan perdagangan VOC. Sultan Agung merasa bahwa VOC telah mengabaikan peringatannya dan berupaya melakukan penjajahan yang membahayakan posisi politik Kerajaan Mataram Islam.
Serangan VOC ke Jepara
Alasan perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia juga dipicu oleh serangan VOC ke Jepara yang terjadi sebelum kantor pusat VOC dipindahkan ke Batavia. Pada 18 Agustus 1618, pasukan Mataram menyerbu kantor dagang VOC di Jepara.
Sebelumnya, pemimpin kantor dagang VOC, Balthasar van Eynthoven, telah ditahan karena dituduh terlibat dalam perampokan kapal-kapal Belanda terhadap jung-jung di Jepara.
Selain itu, perilaku Balthasar dinilai sangat buruk, salah satunya adalah tindakannya mengencingi tembok masjid di Jepara. Setelah pertempuran terjadi, VOC mengirim Jacob van der Marct sebagai utusan untuk membicarakan pembelian beras yang telah dihentikan oleh Mataram.
Namun, setelah kesepakatan tercapai, VOC melakukan serangan balasan dengan membakar kapal-kapal Jawa yang berada di Jepara dan Demak.
Pada 1619, hubungan Mataram dan VOC sudah semakin tegang, namun Sultan Agung belum memberikan respon karena fokusnya masih pada penaklukkan wilayah-wilayah di Jawa. Sultan Agung bahkan berusaha memperbaiki hubungan dengan menawarkan pengiriman beras, tetapi meminta agar VOC memberikan bantuan angkatan laut kepada Mataram.
Bantuan ini dimaksudkan untuk membantu Sultan Agung menyerang Surabaya dan Banten, dua wilayah di Jawa yang belum berhasil dikuasai Mataram. Namun, permintaan Sultan Agung ditolak oleh VOC.
Hubungan antara Mataram dan Malaka Dipersulit
Tanpa dukungan dari VOC, Mataram berhasil menaklukkan Surabaya pada tahun 1625. Setelah kemenangan itu, Banten menjadi target Mataram berikutnya. Namun, ambisi tersebut terhambat oleh keberadaan Batavia yang dikuasai VOC.
Sultan Agung juga menganggap kehadiran VOC di Batavia sebagai ancaman karena sering menghalangi kapal dagang Mataram yang ingin berdagang ke Malaka. Salah satu alasan Sultan Agung menyerang VOC di Batavia adalah untuk menyingkirkan hambatan yang diciptakan oleh VOC di sana.
Oleh karena itu, Sultan Agung memutuskan untuk menyerang Batavia. Serangan tersebut dilancarkan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma sebanyak dua kali, yakni pada tahun 1628 dan 1629.
Baca juga:
Demikianlah alasan utama Sultan Agung melancarkan serangan ke Batavia. Walaupun serangan yang dijalankan tidak berhasil, namun tidak mengubah pandangan Sultan Agung mengenai potensi VOC mendominasi Jawa dan membahayakan kekuasaannya. Hingga akhir hayatnya, Sultan Agung tidak pernah menjalin kerjasama baik lagi dengan VOC. Baca juga VOC coba bekerjasama dengan Kerajaan Mataram.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI. Kami menghadirkan info terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.