Kelompok Militan Hamas Siap Melaksanakan Gencatan Senjata Berdasarkan Proposal AS, Tanpa Syarat Baru
JAKARTA - Kelompok militan Palestina Hamas mengatakan pada Hari Rabu, negosiatornya menegaskan kembali kesiapannya untuk melaksanakan gencatan senjata "segera" dengan Israel di Jalur Gaza berdasarkan usulan Amerika Serikat sebelumnya, tanpa syarat baru dari pihak mana pun.
Kelompok Palestina tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan tim negosiasi mereka, yang dipimpin oleh pejabat senior Khalil al-Hayya, bertemu dengan para mediator pada Hari Rabu, termasuk Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dan kepala intelijen Mesir Abbas Kamel di Doha untuk membahas perkembangan terbaru di Gaza, melansir Reuters 12 September.
Pembicaraan sejauh ini gagal mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 11 bulan. Masalah yang masih ada termasuk kendali atas koridor Philadelphia, hamparan tanah sempit di perbatasan Gaza dengan Mesir, yang masih ada.
Sebelumnya, Direktur CIA William Burns, yang juga merupakan kepala negosiator Negeri Paman Sam di Gaza, mengatakan pada Hari Sabtu, usulan gencatan senjata yang lebih rinci akan dibuat dalam beberapa hari ke depan.
Proposal sebelumnya yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden pada Bulan Juni menetapkan gencatan senjata tiga fase sebagai imbalan atas pembebasan sandera Israel.
Diketahui, konflik terbaru di Gaza, Palestina, pecah setelah kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerang kawasan selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, menurut penghitungan Israel.
Baca juga:
- Mantan Presiden Peru Alberto Fujimori Wafat: Naik Traktor ke Lokasi Kampanye, Sukses Atasi Hiperinflasi
- Nilai Intelijen AS dan Eropa Salah, Menlu Araqchi: Iran Tidak Mengirim Rudal Balistik ke Rusia
- Rusia Tidak akan Tinggal Diam Jika Ukraina Gunakan Rudal ATACMS Amerika Serikat untuk Menyerang Wilayahnya
- Otoritas Korea Selatan Sebut Angka Kematian di IGD Menurun Meski Ada Aksi Mogok Dokter Magang
Itu dibalas dengan kampanye Israel yang melakukan blokade, serangan udara hingga operasi darat sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 41.084 warga Palestina dan melukai 95.029 lainnya, menurut kementerian kesehatan Gaza.