Inovasi Baterai Solid-State Mercedes-Benz dan Factorial: Jarak Tempuh EV Bisa Melonjak 80 Persen

JAKARTA - Pabrikan mobil asal Jerman Mercedes-Benz mengumumkan mobil listrik (EV) mereka dengan baterai solid-state akan diproduksi akhir dekade ini. Diketahui, Mercedes-Benz telah berinvestasi besar di Factorial, perusahaan startup baterai asal Amerika Serikat, untuk mengembangkan baterai solid-state. Teknologi canggih ini dijanjikan akan meningkatkan jangkauan mobil listrik secara drastis.

Dilaporkan Reuters, 11 September, baterai yang diberi nama Solstice ini diklaim mampu meningkatkan jangkauan mobil listrik hingga 80 persen lebih jauh dibandingkan rata-rata mobil listrik saat ini. Selain itu, kepadatan energinya pun mencapai 450 Watt-jam per kilogram, angka yang sangat mengesankan.

Selama ini, baterai solid-state digadang-gadang sebagai terobosan teknologi untuk mobil listrik. Keunggulannya terletak pada kemampuannya untuk mengurangi risiko kebakaran, membuat mobil listrik lebih ringan dan terjangkau berdampak pada penghematan biaya produksi. Selain itu, mobil yang ringan juga akan lebih hemat energi serta karena kepadatan energi yang lebih tinggi, mobil listrik dapat menempuh jarak yang jauh sekali dalam sekali pengisian daya.

Meski menjanjikan, pengembangan baterai solid-state dalam skala besar ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Para produsen mobil dan perusahaan baterai masih menghadapi berbagai tantangan. Namun, kebutuhan untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan jangkauan mobil listrik menjadi faktor pendorong yang kuat.

Mercedes-Benz sendiri sebenarnya sudah memiliki rencana jangka pendek. Perusahaan ini tengah menguji coba baterai quasi-solid-state buatan Factorial yang diperkirakan akan hadir di mobil listrik mereka pada tahun 2026. Keunggulan baterai quasi-solid-state adalah kemiripannya dengan jalur produksi baterai lithium-ion konvensional, sehingga proses peningkatan produksinya bisa lebih cepat.

Teknologi baterai solid-state yang sesungguhnya, di sisi lain, akan menggunakan material padat sebagai pengganti cairan elektrolit. Hal ini tidak hanya mengurangi risiko kebakaran, namun juga memungkinkan ukuran keseluruhan baterai menjadi lebih kecil.

CEO Factorial, Siyu Huang, menjelaskan bahwa baterai solid-state juga tidak memerlukan sistem pendingin yang berat dan mahal seperti pada baterai saat ini. Dengan demikian, biaya produksi mobil listrik secara keseluruhan bisa ditekan lebih jauh lagi.

"Fokus kami tidak hanya pada biaya sel baterai, namun juga biaya keseluruhan kendaraan," ujar Huang.

Sayangnya, pengembangan baterai solid-state masih menghadapi tantangan seperti performa yang kurang optimal di cuaca dingin dan kecenderungan baterai untuk memuai.

Chief Technology Officer Mercedes-Benz, Markus Schaefer, optimistis baterai solid-state Factorial dapat meningkatkan kepadatan energi sebesar 40 persen dibandingkan baterai berperforma tinggi yang dimiliki Mercedes saat ini. Peningkatan ini membuka dua kemungkinan:

  • Ukuran baterai bisa dikurangi secara signifikan. Perlu diingat bahwa baterai merupakan komponen terberat dan termahal pada mobil listrik.
  • Mobil listrik jarak jauh bisa dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Schaefer menambahkan bahwa bobot yang lebih ringan memungkinkan Mercedes untuk menggunakan baja pada bodi mobil listrik, menggantikan aluminium yang jauh lebih mahal dan membutuhkan lebih banyak energi untuk produksinya.

Selain Factorial, Mercedes-Benz juga bekerja sama dengan produsen baterai asal Taiwan, ProLogium, untuk mengembangkan baterai solid-state. Mereka juga meneliti penggunaan anoda silikon tinggi sebagai solusi alternatif untuk meningkatkan kepadatan baterai mobil listrik.

"Ada beberapa tantangan yang harus diatasi, namun kami memiliki solusi teknik yang hebat untuk mengatasinya," ujar Schaefer. Ia pun optimistis target Factorial untuk mengembangkan Solstice dalam skala besar pada akhir dekade ini bisa tercapai.