Capres Tunisia Zammel Dibebaskan dari Penjara, Diduga Akibat Penjegalan Petahana
JAKARTA - Calon presiden (Capres) Tunisia Ayachi Zammel dibebaskan dari tahanan polisi pada Jumat 6 September. Zammel ditahan atas dugaan pelanggaran Pemilu Tunisia 2024.
Mengutip Reuters, Zammel satu dari tiga kandidat capres yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Tunisia maju dalam kontestasi pilpres pada 6 Oktober mendatang.
Menurut kritikus oposisi pemerintah Tunisia saat ini, Zamel dicurangi demi kepentingan Presiden Kais Saied.
Ia ditangkap pada Senin awal pekan ini atas dugaan memalsukan formulir pemilih. Seorang hakim memerintahkan pembebasannya pada Kamis 5 September.
Namun, dua pengacara Zammel, Abdessatar Massoudi dan Dalila Ben Mbarek, mengatakan kliennya kembali ditangkap setelah dibebaskan.
Hingga pada hari ini, Zamel akhirnya dibebaskan kembali. Kasus yang menjerat Zamel ditunda hingga 19 September.
Baca juga:
Anggota tim kampanye Zammel, Mahdi Abdel Jawad, menggambarkan penangkapan kliennya sebagai penculikan.
Zamel dituduh memalsukan formulir pemilih untuk Pilpres Tunisia 2024. Adapun setiap kandidat Pilpres Tunisia 2024 harus menyerahkan formulir minimal 10.000 pendukung agar memenuhi syarat untuk maju.
Zamel telah membantah tuduhan yang dialamatkan kepadanya.
Zammel mengaku, mendapatkan sejumlah intimidasi lantaran bersaing dengan petahana Presiden Saied.
Dalam kampanyenya, ia telah berjanji untuk membangun kembali demokrasi, menjamin kebebasan, dan memperbaiki ekonomi Tunisia yang sedang runtuh.
Saied terpilih secara demokratis pada Pilpres Tunisia 2019. Namun dalam perjalanannya, Saied dianggap terus memperkuat cengkeramannya agar berkuasa penuh melalui dekrit pada 2021.
Pihak opisisi menggambarkan dekrit yang diterbitkan Saied sebagai bentuk kudeta.
Faksi-faksi politik utama mengatakan kewenangan yang dimiliki Saied saat menjadi kepala negara telah mengikis jalannya demokrasi sejak revolusi Tunisia tahun 2011.