Arab Saudi Kecam Ambisi Israel Ingin Terus Duduki Perbatasan Gaza-Mesir

JAKARTA - Arab Saudi mengecam ambisi Israel ingin terus menduduki perbatasan Pelestina di Gaza selatan yang bertetangga Mesir dengan menempatkan militernya di kawasan disebut juga koridor Philadelphia tersebut.

Mengutip Arab News, Rabu 4 September, kecaman itu datang dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arab Saudi pada Selasa 3 September malam setelah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan bakal mempertahankan militer Israel di koridor tersebut untuk masa mendatang.

"Koridor Philadelphia —atau lebih tepatnya, titik penutupan selatan (Gaza)— harus berada di tangan kita. Itu harus ditutup. Pengaturan lain apa pun tidak akan menjamin demiliterisasi yang kita inginkan," kata Netanyahu belum lama ini.

Mesir telah menegaskan tidak akan menerima kehadiran Israel di sepanjang koridor tersebut.

Kontrol zona tersebut telah menjadi titik kritis utama dalam negosiasi gencatan senjata dan kesepakatan pelepasan penyanderaan dalam agresi Israel di Gaza memasuki bulan kesebelas ini.

"Kerajaan [Arab Saudi] memperingatkan tentang pernyataan provokatif itu dan konsekuensinya dalam melemahkan upaya mediasi," bunyi pernyataan Kemenlu Arab Saudi.

Ambisi Netanyahu untuk menempatkan militernya di koridor tersebut telah membuat jengkel sejumlah sekutu Israel yang merasa hal tersebut bisa menjadi faktor mundurnya kesepakatan-kesepakatan dalam konflik Palestina-Israel.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga mengakui Israel tidak berpikir maju dalam perundingan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Belum lama ini, ketika ditanya wartawan apakah Netanyahu telah melakukan cukup banyak hal untuk mengamankan kesepakatan mengakhiri konflik, Joe Biden berkata: "Tidak".

Sebelumnya, Benny Gantz, Jenderal Angkatan Darat yang bertugas di kabinet perang Israel akhirnya mengundurkan diri pada Juni 2024, mengkritik sikap Netanyahu terhadap koridor Philadelphia. Dia mendesak adanya kemajuan dalam kesepakatan untuk membebaskan para sandera.

"Ceritanya bukan tentang Philadelphia, tetapi kurangnya pengambilan keputusan yang benar-benar strategis," kata Gantz.