Menlu Retno: Indonesia Menyerukan Solidaritas Global South untuk Menjadi Penggerak Perubahan

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Indonesia memanfaatkan gelara Indonesia Afrika Forum (IAF) ke-2 guna menyerukan solidaritas Global South untuk menjadi penggerak perubahan.

Itu dikatakan Menlu Retno saat memberikan keterangan di sela-sela gelaran IAF ke-2 di Badung, Bali Hari Senin.

"Pagi hingga siang tadi, Presiden RI telah memimpin Pertemuan Joint Leaders' Session High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) dan Indonesia Afrika Forum yang ke-2 (IAF 2)," kata Menlu Retno, dalam keterangan Kementerian Luar Negeri RI, Senin 2 September.

"Setelah sesi Leaders selesai, pertemuan HLF-MSP dan IAF dilanjutkan dan masih akan berlangsung sampai esok hari. Kegiatan tidak saja dalam bentuk pertemuan pleno seperti tadi pagi, namun juga dalam bentuk Leaders' talk, business matching, diskusi panel dan juga side events," lanjutnya.

Lebih jauh dijelaskan olehnya, total delegasi yang hadir untuk kedua event tersebut mencapai lebih dari 1.400 orang dari 29 negara.

Pembukaan IAF ke-2. (Sumber: Media Center via Kemlu RI)

Sebelum gelaran IAF tahun ini yang mengusung tema "Bandung Spirit for Africa Agenda 2063", IAF sebelumnya diadakan pada tahun 2018.

Tujuan utamanya adalah memperkokoh kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan. Terlebih, hubungan politik dan historis antara Indonesia dan Afrika telah terbangun kokoh sejak 1955.

"Melalui IAF Indonesia menyerukan soliditas Global South untuk menjadi penggerak perubahan. Kita tahu, kondisi global saat ini semakin mengkhawatirkan. Ini mengakibatkan perekonomian global menjadi tidak menentu," jelas Menlu Retno mengenai pentingnya gelaran IAF.

"Dan negara berkembang, negara-negara dari Global South, adalah yang paling terkena dampaknya. Oleh karena itu, negara-negara Global South harus memiliki semangat yang sama untuk menjadi bagian penting dari perubahan dan menjadi bagian dari solusi melalui kemitraan dan kerja sama yang lebih solid," urainya.

Menlu Retno menjelaskan, selama pertemuan hari ini, keinginan memperkuat kerjasama selatan-selatan sangat jelas. Dan, Spirit Bandung dijadikan kompas yang digunakan untuk menavigasi kerjasama selatan-selatan.

Pembukaan IAF ke-2. (Sumber: Media Center via Kemlu RI)

Presiden Joko Widodo, lanjut Menlu Retno, juga menyampaikan untuk menjadi bagian dari solusi masalah global, Indonesia berkomitmen untuk terus memerankan bridge builder, sebagai jembatan antara perbedaan-perbedaan.

"Dan juga menjadi jembatan dalam membela kepentingan Global South, serta terus memperjuangkan kesetaraan, keadilan bagi negara-negara berkembang. Saatnya suara dan kepentingan Global South didengarkan, dan hak Global South atas pembangunan harus dihormati," tandasnya.

Menlu Retno mengatakan, IAF ke-2 juga penting untuk terus mengobarkan Spirit Bandung. Menurutnya, kedekatan historis dengan negara-negara Afrika harus terus dijaga dan Semangat Bandung perlu terus dikobarkan.

Ia bersyukur, Semangat Bandung tetap menjadi bagian dari 'Africa Agenda 2061' yang dicanangkan pada tahun 2013 lalu.

"Beberapa negara bahkan menyebutkan, Spirit Bandung akan menjadi kompas dalam menavigasi upaya pembangunan dan kerja sama anatara negara-negara selatan. Dan tahun depan, bertepatan dengan 70 tahun KTT KAA, menurut rencana Indonesia akan menyelenggarakan Platinum Jubilee of the Asian African Conference," katanya.

Berikutnya, Menlu Retno mengatakan IAF juga penting lantaran menjadi salah satu kendaran 'untuk memperkuat kemitraan dengan Afrika'.

Dan, IAF juga penting untuk mendorong percepatan pencapaian target SDGs global.

"Afrika terlalu besar untuk tidak menjadi perhatian kita, dan Indonesia menyatakan siap bermitra dengan negara-negara Afrika, khususnya di sektor pangan, energi, kesehatan dan mineral," kata Menlu Retno.