Sven Goran Eriksson Sudah Isyaratkan Keinginan di Mana Abunya Dilarung
JAKARTA - Sepak bola berduka. Pelatih legendaris Sven Goran Eriksson wafat pada Senin, 26 Agustus 2024, waktu Swedia.
Dia mengembuskan napas terakhir pada usia 76 tahun setelah berjuang melawan penyakit kanker pankreas.
Beberapa hari sebelum Eriksson meninggal dunia, sebuah film dokumenter berjudul Sven ditayangkan perdana di layanan streaming Amazon Prime Video.
Film dokumenter tersebut berfokus pada kehidupan dan warisan Eriksson, termasuk saat menjadi pelatih Timnas Inggris.
Baca juga:
- Usai Menang Uji Coba Lawan India, Nova Arianto Ketahui Lebih Banyak Kelemahan Indonesia U-17
- Menang Lawan Girona, Atletico Madrid Panaskan Persaingan di Papan Atas La Liga
- Napoli Hancurkan Bologna, Antonio Conte: Semangat Baru dan Fokus Lawan Parma
- Mbappe dan Vinicius Melempem, Ancelotti Puji Pemain Cadangan Usai Madrid Kalahkan Valladolid
Manajer legendaris itu juga meluangkan waktu untuk berbicara tentang diagnosis kanker dalam film tersebut.
Sebuah cuplikan film dokumenter saat Eriksson bercerita dengan latar belakang Danau Fryken di Swedia, dia mengungkapkan hal memilukan soal di mana dia ingin abunya disebar.
"Tempat yang indah (merujuk Danau Fryken). Itu membuat Anda tenang. Itu membuat saya tenang."
"Di bawah gunung itu, ada tempat ayah saya tumbuh. Jika Anda melihat langsung, itu adalah Torsby, tempat saya tumbuh. Di Sunne saya lahir."
"Saya selalu berpikir, tempat yang bagus untuk tidur. Abunya bisa dibuang ke air di sini. Rasanya seperti di rumah," kata Eriksson di film dokumenter tersebut.
Sven Goran Eriksson merupakan manajer kenamaan di sepak bola dunia. Selain melatih tim nasional berbagai negara, seperti Inggris, Meksiko, Pantai Gading, hingga Filipina, dia juga menukangi banyak klub top Eropa.
Sebut saja Manchester City, Lazio, Roma, Fiorentina, Benfica, Sampdoria, dan Leicester City.
Pada ujung kariernya sebagai manajer, Eriksson terbang ke Asia. Dia menakhodai tiga klub China, Guangzhou R&F, Shanghai SIPG, dan Shenzhen.
Eriksson menutup karier manajerialnya di Asia Tenggara dengan menjadi pelatih kepala Timnas Filipina selama setahun (2018-2019).