Tutupnya Pasar Tanah Abang Akibat COVID-19 dan Lumpuhnya Geliat Ekonomi UMKM
JAKARTA - Perumda Pasar Jaya melakukan penutupan sementara seluruh pasar yang berada di kawasaan Tanah Abang yang dikelola oleh Pasar Jaya. Penutupan ini dilakukan sebagai upaya pencegahan dan penyebaran virus corona atau COVID-19. Lalu bagaimana dampak dari sisi ekonomi?
Direktur Utama Perumda Pasar Jaya Arief Nasrudin mengatakan kawasan Pasar Tanah Abang setiap menjelang bulan suci ramadhan angka pengunjungnya cukup naik tajam. Pengunjung ini tidak hanya dari Jakarta dan sekitarnya saja, melainkan banyak pembeli juga berdatangan dari luar daerah hingga mancanegara.
Arief mengatakan, untuk menghindari lonjakan pengunjung, perlu dilakukan pembatasan agar penyebaran COVID-19 bisa dicegah di pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Penutupan ini dilakukan meliputi Pasar Tanah Abang Blok A, Pasar Tanah Abang Blok B dan Pasar Tanah Abang Blok F. Hanya Pasar Tanah Abang Blok G saja yang masih buka. Namun, itupun terbatas kepada pedagang yang berjualan jenis bahan pangan saja.
"Penutupan dilakukan per tanggal 27 Maret hingga 5 April mendatang, seluruh aktivitas perdagangan di pasar tersebut kita liburkan sementara, ini merupakan salah satu langkah pencegahan dan penyebaran COVID-19. Terkecuali di Blok G boleh berjualan khusus bahan pangan saja," katanya, melalui keterangan tertulis yang diterima VOI, di Jakarta, Jumat, 27 Maret.
Arief menjelaskan, manajemen Pasar Jaya sudah melakukan komunikasi dengan para pedagang terlebih dahulu menganai penutupan sementara ini. Apalagi, menjelang bulan ramadhan memang menjadi waktu yang sangat penting bagi pedagang karena penjualan barang dagangan mereka cukup banyak daripada di hari biasanya.
Baca juga:
"Untuk penutupan ini tentu sudah dilakukan komunikasi dan sosialisasi kepada pedagang terlebih dahulu, kita sampaikan beberapa hal untuk adanya pengertian bersama di antara para pedagang dan juga manajemen," tuturnya.
Lesunya Geliat UMKM
Ekonom Paul Sutaryono mengatakan, dampak dari penutupan sementara Pasar Tanah Abang akan berdampak pada ekonomi daerah dan pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab, pasar tersebut merupakan pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara di mana sasarannya tidak hanya dalam negeri tetapi juga mancanegara.
"Otomatis hal itu memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional dan tentu saja akan menekan pertumbuhan ekonomi daerah. Tetapi hal itu tidak dapat dihindari lagi untuk mencegah penyebaran COVID-19 tak semakin luas," ucapnya, saat dihubungi.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), Ikhsan Ingratubun mengatakan, jika berbicara dari sisi kesehatan penutupan sementara Pasar Tanah Abang merupakan hal yang tepat. Sebab, penularan COVID-19 terjadi karena adanya kontak langsung.
Namun, kata Ikhsan, dari sisi ekonominya hancur lebur terutama UMKM. Apalagi, sejak bulan Januari dan Februari para pedagang sudah mengalami penurunan omzet karena sepi pembeli.
"Karyawan dirumahkan, tidak ada yang beli, tidak ada lagi omzet. Mati kan? Dari sisi kesehatan oke, tetapi ekonomi hancur lebur," tutur Ikhsan.
Ikhsan berujar, saat ini pemerintah harus memikirkan bagaimana kompensasi untuk pelaku usaha UMKM di Pasar Tanah Abang yang tidak dapat lagi membuka tokonya.
"Saya bersyukur suara asosiasi UMKM kan didengar sama Pak Jokowi. Terutama terkait dengan industri keuangan perbankan dan non perbankan memberikan relaksasi satu tahun tidak bayar angsuran dan bunga. Permintaan kami juga terkait dengan listrik itu kan biaya yang wajib dikeluarkan setiap transaksi per hari. Tiap bulan kan harus kami bayarkan," katanya.
Apalagi, kata Ikhsan, yang menghantui para pengusaha saat ini adalah pembayaran gaji bagi karyawan. Sebab, penutupan sementara ini membuat pengusaha tidak memiliki kemampuan untuk membayarkannya.
"Termasuk bayar gaji pegawai, mungkin bulan ini masih bisa kita tanggulangi. Tapi bulan depan? tidak bisa. Karena tidak ada omzet," ucapnya.