8 Tanda Pasangan Melakukan Tindakan Koersif, KDRT Termasuk?

YOGYAKARTA – Koersif menyiratkan tindakan mengancam dan kekerasan. Tindakan koersif dalam suatu hubungan, khususnya dalam hubungan berpasangan, merujuk pada pola perilaku opresif dan dilakukan untuk mendominasi dengan mengendalikan pikiran, perasaan, dan tindakan kekerasan. Dikenal juga dengan kontrol koersif yang terlihat melalui bentuk-bentuk mengontrol yang juga melibatkan penggunaan kekerasan fisik. Itu artinya, salah satu tindakan KDRT termasuk kontrol koersif.

Seorang psikoterapis berbasis di Santa Barbara, California, Christine Scott-Hudson dilansir PsychCentral, Senin, 19 Agustus, menyarankan untuk mewaspadai salah satu tanda peringatan tindakan koersif. Diantaranya, berikut tanda-tanda pasangan melakukan tindakan koersif.

1. Penyerangan dengan kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah salah satu bentuk pengendalian koersif yang paling ekstrem. Kekerasan ini menggunakan rasa sakit fisik untuk mengendalikan perilaku orang lain dan menanamkan kepatuhan. Tanda tindakan koersif dengan kekerasan fisik, antara lain memukul, mencekik, menampar, menendang, menggigit, penggunaan senjata, hingga mengemudi secara ugal-ugalan atau memakai situasi berbahaya untuk pengendalian.

Ilustrasi tanda pasangan melakukan tindakan koersif (Freepik/tiko33)

2. Memberi ancaman

Mengancam juga termasuk tanda pasangan melakukan tindakan koersif. Ancaman, ialah pernyataan tentang konsekuensi yang akan datang dimaksudkan untuk menciptakan rasa takut. Ancaman dapat menyakiti, misalnya ketika seseorang mengatakan “Lebih baik tidak seperti itu lagi, atau kamu akan menyesalinya”.

3. Menghina

Menghina dan merendahkan dapat menghancurkan harga diri seseorang. Anda mungkin mulai percaya bahwa Anda tak bisa hidup tanpa pasangan Anda sehingga menerima tindakan pelecehan, penghinaan, bahkan perilaku merendahkan. Penghinaan melibatkan lelucon yang merugikan, mencaci-maki, dan terus-menerus mengkritik penampilan.

Ilustrasi tanda pasangan melakukan tindakan koersif (Freepik)

4. Mengisolasi

Tanpa disadari membuat pasangannya merasa terisolasi termasuk tindakan koersif. Hal ini dapat mencegah korban meninggalkan pasangannya dengan memaksa korban bergantung sepenuhnya pada pasangannya. Taktik isolasi meliputi membuat alasan supaya Anda tidak bertemu teman-teman Anda atau membuat Anda tetap di rumah dengan mengolok-olok minat yang Anda tekuni.

5. Pemantauan aktivitas

Jangan salah, tindakan koersif yang memaksa dan tergolong kekerasan, juga termasuk dengan memantau seluruh aktivitas pasangannya. Tidak hanya kekerasan fisik, tetapi mengawasi seluruh kegiatan dan melacak posisi serta pemeriksaan riwayat interaksi juga termasuk kontrol koersif.

6. Mengontrol keuangan

Ketika pergerakan keuangan Anda diteliti, dikontrol, dan dibatasi, dapat menciptakan situasi Anda bergantung pada pasangan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pengontrolan tersebut, Anda tidak memiliki akses ke sumber daya untuk keluar dari situasi yang dialami. Tanda-tandanya meliputi membatasi uang bulanan untuk pribadi, bersikeras membagikan informasi rekening keuangan, hingga berutang atas nama Anda.

7. Pemaksaan seksual

Pemaksaan seksual terjadi ketika Anda merasa tertekan, dimanipulasi, dan ditipu untuk melakukan hubungan seksual. Contohnya, membuat Anda merasa berkewajiban melakukan hubungan seks dengan tawaran hadiah. Atau memberikan konsekuensi jika seseorang tidak melakukan aktivitas seksual yang diinginkan pasangannya.

8. Tidak memberi ruang otonomi

Setiap orang memiliki otonomi, misalnya untuk memilih pakaian sesuai preferensi hingga memilih hobi apa yang ingin ditekuni. Tetapi ketika tidak diberi ruang otonomi, maka seseorang telah dirampas pilihan pribadinya. Dengan tindakan ini, maka orang tersebut telah mengontrol, mengabaikan perasaan korban, dan membuat korban merasa rendah diri.

Itulah tanda pasangan melakukan tindakan koersif yang merugikan. Untuk menghadapi kontrol koersif, penting untuk meminta banguan. Scott-Hudson menyarankan untuk berbicara dengan orang-orang terpercaya di luar hubungan tentang apa yang terjadi. Anda bisa berbicara kepada teman dekat atau keluarga. Penting juga untuk bertemu dengan profesional untuk konsultasi bersama pasangan supaya menemukan perspektif berdua dan solusi.