Tentara Israel Dilaporkan Gunakan Remaja Sebagai Tameng Hidup dan Warga Sipil Palestina Periksa Terowongan

JAKARTA - Tentara Israel menggunakan remaja Palestina sebagai tameng hidup, serta di kesempatan lain menggunakan warga sipil untuk memeriksa terowongan yang mungkin merupakan jebakan di Gaza, ungkap surat kabar Israel, Haaretz berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan.

Awalnya, sulit untuk mengenali warga sipil yang digunakan untuk memeriksa terowongan. Mereka biasanya mengenakan seragam tentara Israel, banyak dari mereka berusia 20-an dan selalu bersama tentara Israel dari berbagai tingkatan.

"Namun jika Anda perhatikan lebih dekat, Anda melihat bahwa kebanyakan dari mereka mengenakan sepatu kets, bukan sepatu bot tentara. Dan tangan mereka diborgol di belakang punggung dan wajah mereka penuh ketakutan," lapor surat kabar itu, dikutip dari kantor berita Palestina WAFA 14 Agustus.

Para tentara menyebut mereka masing-masing sebagai shawish, kata Arab yang tidak jelas yang berasal dari Turki yang berarti sersan. Orang-orang Palestina secara acak telah digunakan oleh unit-unit tentara Israel di Gaza untuk satu tujuan: untuk menjadi tameng manusia bagi para tentara selama operasi, katanya.

"Hidup kami lebih penting daripada hidup mereka," kata para tentara.

Pemikirannya adalah lebih baik bagi tentara Israel untuk tetap hidup dan bagi para shawishim untuk menjadi orang-orang yang diledakkan oleh alat peledak, imbuh Haaretz.

Warga Gaza yang tidak dicurigai melakukan terorisme ditahan dan dikirim sebagai tameng manusia untuk menggeledah terowongan dan rumah sebelum tentara Israel masuk, menurut beberapa sumber, mengatakan itu dilakukan dengan sepengetahuan perwira senior Israel.

Dalam beberapa bulan terakhir, tentara Israel menggunakan tameng manusia dengan cara ini di seluruh Gaza, bahkan kantor kepala staf pun mengetahuinya, lapor Haaretz.

Salah seorang tentara yang berpartisipasi dalam penculikan warga Palestina untuk digunakan sebagai tameng manusia mengatakan kepada harian tersebut bahwa mereka "bangga" akan hal itu, seperti dikutip dari Daily Sabah.

Kisah para tentara tersebut mirip dengan laporan yang diterbitkan oleh Al-Jazeera pada bulan Juni, yang memperlihatkan para tentara mendandani warga Palestina dengan seragam Israel, memasang kamera pada mereka untuk dikirim ke kompleks yang hancur.

Tentara lain mengatakan kepada Haaretz, mereka menculik seorang anak laki-laki Palestina berusia 16 tahun untuk dijadikan tameng manusia.

"Sekitar lima bulan lalu, dua orang Palestina dibawa ke kami," katanya, seraya menambahkan, mereka diberi tahu, "Gunakan mereka, mereka warga Gaza, gunakan mereka sebagai tameng manusia.'"

"Anda diam saja dan mencoba meyakinkan diri sendiri, 'Oke, mari kita gunakan mereka,'" kata tentara lain dari unit tersebut.

"Mereka mencoba membenarkannya secara rasional, tetapi pada akhirnya, Anda mendapati seorang anak laki-laki berusia 16 tahun duduk terborgol di dalam rumah, dengan mata tertutup. Para tentara seharusnya membantunya buang air besar atau memberinya makan. Ini bukan peristiwa yang dimulai dan diakhiri dengan dia memasuki rumah dan terowongan atau meledakkan gedung. Mereka ada di sekitar. Mereka tinggal bersama orang-orang itu di rumah selama beberapa hari."

Warga Palestina yang diculik oleh IDF dan tidak terbunuh selama penyiksaan itu dibebaskan setelah tugas mereka selesai, kata para prajurit, seraya menambahkan mereka memahami bahwa orang-orang ini bukanlah "teroris" tetapi warga sipil yang diculik khusus untuk tujuan ini.

Diketahui, sejak meluncurkan operasi darat di Gaza pada Bulan Oktober, tentara Israel telah menahan ribuan warga sipil Palestina, termasuk wanita, anak-anak hingga anggota tim kesehatan dan pertahanan sipil.

Dalam beberapa bulan terakhir, tentara telah membebaskan puluhan tahanan Palestina dari Gaza secara bertahap. Banyak dari mereka yang dibebaskan menunjukkan tanda-tanda kesehatan yang memburuk, dengan tubuh mereka menunjukkan tanda-tanda penyiksaan dan kelalaian medis.