Megawati Singgung Impor Beras: Negara Kita Kaya Sekali, Kita Harus Berpikir Kedaulatan Pangan
JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyindir kebijakan pemerintah yang ingin melakukan impor beras. Megawati menilai, impor bahan pangan sebenarnya tak perlu dilakukan karena Indonesia memiliki berbagai kekayaan alam.
Hal ini disampaikannya di sela peluncuran buku Merawat Pertiwi yang disiarkan secara daring di YouTube PDI Perjuangan.
"Negara kita ini sangat kaya sekali jadi kita jangan berpikir ketahanan pangan. Tetapi kita harus berpikir adalah kedaulatan pangan," kata Megawati dalam pidatonya, Rabu, 24 Maret.
Presiden ke-5 RI ini mengatakan, ketahanan dan kedaulatan pangan merupakan dua hal yang berbeda. Sebab, jika mementingkan ketahanan pangan maka yang pemerintah dengan mudah mengeluarkan kebijakan impor.
Sedangkan kedaulatan pangan, artinya, Indonesia mampu mengolah sumber daya alamnya sendiri dan mengekspor hasilnya hingga ke luar negeri.
"Kalau ketahanan pangan, makanan kita kurang maka kita impor. Tetapi kalau kedaulatan pangan, segala hal yang ada di negara kita yang dapat dimakan, kita olah dengan maksimal dan justru itu kita bisa mengekspor bahan makanan tersebut," tegas Megawati.
Baca juga:
- Ombudsman Minta Menko Airlangga Gelar Rapat untuk Tunda Rencana Impor Beras
- Polri: Tak Ada Pelanggaran Pidana di 92 Rekening FPI
- Update COVID-19 per 24 Maret: Ada 5.227 Kasus Baru dari Pemeriksaan 72.278 Spesimen
- Penyergapan Komplotan Perampok di Exit Tol Leces Probolinggo, Polisi Keluarkan Tembakan Berkali-kali
Diberitakan sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan stok CBP Bulog telah berada di bawah level psikologisnya dan berpotensi menyentuh angka terendah dalam sejarah jika seluruh beras eks-impor 2018 mengalami penurunan mutu.
Berdasarkan data yang dia terima, saat ini stok CBP yang dikelola Perum Bulog berkisar di angka 800.000 ton. Namun sekitar 300.000 ton dari stok tersebut merupakan beras sisa impor yang dilakukan pada 2018 silam dan berpotensi mengalami penurunan mutu dan tidak bisa dilepas ke pasar.
Dengan demikian, dia mengestimasi stok CBP yang layak dan aman untuk disalurkan hanya tersisa 500.000 ton, padahal stok aman yang telah disepakati pemerintah untuk menjaga stabilitas harga di pasar adalah 1 juta ton. Di samping itu, Perum Bulog juga memiliki kewajiban untuk operasi pasar yang kebutuhan per bulannya mencapai 80.000 ton atau hampir 1 juta ton setahun.
"Jadi stok Bulog yang kira-kira 800.000 ton dikurangi dengan stok impor 2018 300.000, stok Bulog hanya, mungkin tidak mencapai 500.000 ton. Ini adalah salah satu kondisi stok terendah dalam sejarah Bulog,” kata Lutfi dalam konferensi pers, Jumat, 19 Maret.