Bisakah Orang dengan Sifat Optimis dan Pesimis Bersatu dalam Hubungan Percintaan?

JAKARTA - Secara umum, Anda pasti tahu apakah Anda tipe optimis atau pesimis. Tapi, bagaimana jika pasangan punya kepribadian berlawanan dengan Anda? Tentu, Anda pasti menginginkan pasangan sefrekuensi, yang dapat memenuhi kebutuhan satu sama lain. Tapi, tidak berarti pasangan harus sama seperti Anda.

Faktanya, kesamaan tidak selalu menjadi resep terbaik dalam hubungan percintaan. Jadi jika Anda khawatir hubungan akan bermasalah karena perbedaan karakter, cobalah tidak terlalu stres. Ketika telah menemukan orang tepat, Anda akan menyadari bahwa perbedaan sebenarnya dapat membuat lebih kuat sebagai pasangan. Meskipun Anda tidak selalu melihat dunia dengan cara yang sama.

Baca terus untuk mempelajari lebih lanjut tentang penyatuan karakter optimis-pesimis. Kelebihan dan kekurangan hubungan optimis-pesimis, serta kiat-kiat menjalani hubungan semacam ini.

Keuntungan hubungan antara si optimis-pesimis

Keuntungan utama dari hubungan optimis-pesimis yaitu dapat saling menyeimbangkan. Orang optimis dapat mengajarkan orang pesimis cara mempertahankan pandangan penuh harapan atau positif dalam menghadapi kesulitan. Sementara orang pesimis dapat mengajarkan orang optimis cara meredam ekspektasi sehingga tidak mudah kecewa ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan atau harapan.

“Orang pesimis dapat membantu pasangannya menjadi lebih realistis atau memikirkan risiko potensial, sementara orang optimis dapat membantu pasangannya menjadi lebih berpikiran terbuka dan menerima hal yang tidak diketahui,” jelas Yolanda Renteria, LMFT.

Dalam hubungan ideal antara optimis dan pesimis, ada dua kekuatan sama yang bekerja menjaga keseimbangan. Ini berarti ekspektasi di antara Anda berdua akan lebih realistis. Dimana satu orang akan mengakui kemungkinan suatu situasi sementara lainnya belajar mengakui kegagalan. 

Kerugian hubungan optimis-pesimis

Hubungan optimis-pesimis juga dapat menimbulkan tantangan tersendiri. Dinamika tarik-ulur terus-menerus dapat melelahkan kedua pasangan. Terutama ketika keduanya gagal menerima perbedaan dan menginginkan pasangan lainnya menjadi seperti mereka. 

Orang pesimis dengan mudah menafsirkan pandangan pasangannya sebagai "positivitas beracun", selalu bersikap positif meski ada banyak masalah kehidupan.

Sebaliknya, orang optimis dapat melihat pandangan pasangan pesimis sebagai nihilistik atau fatalistik. Tidak pernah terbuka terhadap kemungkinan hal-hal baik terjadi atau hal-hal akan baik-baik saja pada akhirnya.

Orang pesimis bisa jadi tidak dapat mengenali bahwa segala sesuatu dapat atau akan membaik. Sedangkan orang optimis tidak dapat mengenali konsekuensi yang mungkin terjadi. Sehingga dapat membuat mereka tidak siap atau kurang siap ketika menghadapi keadaan sulit.

Perbedaan cara pandang terhadap masalah atau situasi sulit ini dapat menyebabkan kebencian jika tidak didiskusikan atau ditangani. Ketika pandangan Anda secara mendasar berbeda dari pandangan pasangan, hal itu dapat menyebabkan perselisihan dan konflik. Orang optimis akan merasa bahwa pasangan pesimis bersikap ‘pemalu’ dan tidak dapat melihat sisi positif. Dan pasangan pesimis merasa bahwa orang optimis mengabaikan kekhawatiran mereka.

Strategi menjalani hubungan optimis-pesimis

Sama seperti dalam hubungan apa pun, komunikasi adalah kuncinya. Jika pesimisme pasangan semakin ekstrem, beri tahu mereka bahwa Anda khawatir dengan tingkat keputusasaannya. Di sisi lain, jika optimisme mereka berubah menjadi positif beracun, beri tahu mereka bahwa terkadang Anda butuh ruang untuk sekadar mengakui bahwa beberapa tak semua hal harus baik.

Bicarakan perbedaan pendapat Anda saat menghadapi keadaan apa pun yang muncul yang tidak disetujui oleh Anda dan pasangan. Mendekati suatu situasi setelah membahas potensi positif dan negatif membuat kedua pasangan lebih siap dan mampu menangani situasi tersebut, apapun yang terjadi. 

Empati dan pengertian juga penting saat menjalani hubungan optimis-pesimis. Kenali bahwa Anda dan pasangan memiliki pendekatan yang berbeda terhadap masalah, dan jangan berharap mereka bereaksi dengan cara yang sama seperti Anda.

Meluangkan waktu mempelajari sudut pandang pasangan akan memudahkan Anda berkompromi sehingga kalian merasa nyaman dan siap menghadapi apa pun. Dr. Amy Marschall, PsyD. juga menyarankan bahwa terapi pasangan mungkin bermanfaat. 

"Bicarakan masalah dengan konselor pasangan yang dapat membantu Anda mengidentifikasi area miskomunikasi dan menemukan cara sehat untuk terhubung," jelasnya seperti dikutip dari Very Well Mind, Selasa, 6 Agustus. Ini dapat membuka percakapan dan membantu Anda berdua menemukan cara memahami dan mendukung satu sama lain.

Dengarkan sudut pandang pasangan meskipun Anda tidak setuju. "Validasi pendapat mereka dan cobalah melihat segala sesuatunya dari sudut pandang mereka. Bagikan pendapat Anda tanpa bersikap defensif dan cobalah mencapai kompromi. Yang lebih penting, biarkan satu sama lain menang. Ini menciptakan rasa keseimbangan dalam hubungan dan melepaskan kebencian.