Profil Killa The Phia, Band Metal asal Aceh yang Mentas di Wacken Festival Jerman

JAKARTA - Killa The Phia membuktikan band mereka layak jadi penampil di Wacken Open Air 2024 di Jerman. Aksi panggung mereka sukses memberi warna tersendiri di festival musik keras tersohor itu.

Band yang diperkuat Madon (vokal), Sinjo (bass), Reza dan Aan (gitar) serta Dian (drum) ini membawa budaya Aceh ke panggung internasional. Tak hanya dari kostum dan aspek visual lain, instrumen musik tradisional juga mereka suguhkan untuk memukau penonton.

Secara musikal, mereka terinspirasi dari sejumlah grup MetalCore seperti Burgerkill, Pantera sampai Lamb of God. Sentuhan musik tradisional serta lirik yang banyak membahas kehidupan dan religi membentuk identitas mereka sendiri.

Bicara soal nama, Killa The Phia sekilas terdengar seram. Namun nama itu diambil dari plesetan Philadelphia, kota terbesar di Pennsylvania, Amerika Serikat.

Mengutip laman DCDC yang mengiringi band asal Aceh ini ke Jerman, Killa The Phia terbentuk pada 8 Agustus 2008. Mereka telah menelurkan EP bertajuk Now The Time dan beberapa single setelahnya, seperti The Last Apparel, You See dan I.D.O.M.

Sebelum mencicipi dahsyatnya panggung Wacken di Jerman, Killa The Phia sudah lebih dulu 'pemanasan' manggung di sejumlah festival musik besar di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Sonicfair (2015), Hellprint (2017), dan kompetisi Rockin Battle (2017), di mana mereka meraih predikat 3 besar.

Di tahun yang sama, Killa The Phia juga mendapat pengalaman berkesan dalam karier mereka. Madon dkk mendapat kehormatan menjadi opening act Dream Theater yang tampil di Jogjarockarta Festival.

Penampilan mereka di Wacken Open Air 2024 pun menjadi highlight baru dalam perjalanan musik Killa The Phia. Kejutan apa lagi yang akan mewarnai kiprah mereka?