Israel-Hizbullah Memanas, Warga Amerika Diimbau Tinggalkan Lebanon
JAKARTA - Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beirut mengimbau warga AS yang berada di Lebanon untuk mempersiapkan rencana menghadapi krisis dan meninggalkan negara itu di tengah kekhawatiran akan serangan Israel.
"Kami mengimbau warga negara AS untuk menyiapkan rencana tindakan menghadapi krisis dan pergi sebelum krisis terjadi," kata Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Konsuler Rena Bitter melalui pesan video dilansir ANTARA dari Anadolu, Senin, 29 Juli.
Bitter mengingatkan jika penerbangan komersial tidak tersedia, warga Amerika yang telanjur berada di Lebanon harus bersiap untuk mencari tempat berlindung di negara itu dalam jangka waktu yang lama.
Ketegangan antara kelompok Hizbullah dan Israel meningkat setelah serangan rudal di Kota Majdal Shams -- yang dihuni suku Druze -- di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, pada Sabtu (27/7).
Sementara Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan yang menewaskan 12 korban dan melukai 40 orang, kelompok bermarkas di Lebanon itu membantah bertanggung jawab.
Menurut Radio Angkatan Darat Israel, militer Israel telah merumuskan skenario untuk kemungkinan serangan terhadap Hizbullah dan sedang membahas rencana tersebut secara politis guna menilai situasi.
Baca juga:
- FBI: Pelaku Penembakan Trump Terlihat Lebih dari Satu Jam Sebelum Beraksi, Sempat Difoto Polisi
- Iran Peringatkan Konsekuensi Serius atas Serangan Israel di Lebanon
- FBI Bakal Periksa Donald Trump terkait Kasus Penembakan
- Bertemu di Beijing, PM Italia Meloni dan Xi Jinping Bahas Perang Ukraina hingga Krisis Timur Tengah
Pada Sabtu, 27 Juli, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah Hizbullah akan "membayar harga yang mahal" atas serangan tersebut.
Kekhawatiran berkembang perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah akan terjadi, di tengah serangan lintas batas yang dilancarkan kedua belah pihak.
Eskalasi tersebut berlangsung sebagai akibat dari rentetan serangan maut yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza hingga menewaskan lebih dari 39.300 korban sejak Oktober 2023.