Penggunaan Internet 11 Jam per Hari, Generasi Muda Harus Waspada Hoaks dan Ujaran Kebencian
JAKARTA - Pengggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dewasa ini, dianggap sebagai bagian dari kebutuhan individu di hampir semua negara. Tokoh pemuda Yusran Isnaini mengatakan, sebenarnya perkembangan pemanfaatan TIK cukup menggembirakan, namun demikian tetap akan ada masalah di dalamnya.
"Penggunaan internet pada pemuda atau remaja di masa pandemi ini juga harus dicermati secara hati-hati, yakni mencapai angka 19,3 persen dengan rata-rata penggunaan 11,6 jam per harinya. Sebab penggunaan media sosial di antaranya WhatsApp, Instagram, Twitter, Facebook, hingga YouTube menjadi tidak terkendali," ujar Yusran dalam diskusi "Peningkatan Peran Pemuda dalam Pemanfaatan TIK" yang digagas BAKTI Kominfo, Senin 22 Maret.
Menurutnya, penggunaan TIK ini harus diarahkan agar tidak menjadi boomerang bagi generasi muda, khususnya dampak negatif yang perlahan dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat dan persatuan bangsa, seperti maraknya hoaks dan hasutan kebencian.
"Peningkatan peran pemuda dalam pemanfaatan TIK untuk persatuan bangsa, kekuatan sebuah informasi jauh lebih hebat dibandingkan dengan kekuatan angkatan bersenjata manapun di dunia, fungsi-fungsi sebagai meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan daya saing bangsa, memperkuat kesatuan dan persatuan nasional, mewujudkan pemerintahan yang transparan dan meningkatkan jati diri bangsa di tingkat internasional," papar Yusran.
Data yang dihimpun We Are Social dan Hootsuite melalui laporan Digital 2021: The Latest Insights Into The ‘State of Digital’ per Januari 2021 mengungkapkan, jumlah pengguna internet di Indonesia naik 73,7 persen dari total populasi Indonesia. Hal ini berarti, dari 274,9 juta penduduk Indonesia, sebanyak 202,6 juta di antaranya merupakan pengguna internet.
"Masih maraknya hoaks, hasutan dan ujaran kebencian dari beberapa pihak tertentu dalam penggunaan TIK khususnya di media sosial menjadi keperihatinan bersama, terlebih komposisi penduduk yang kini sebagaian besar di antaranya kaum atau milenial. Disadari bahwa kondisi persatuan dan kesatuan bangsa saat ini menghadapi tantangan yang cukup mengkhawatirkan," jelas Yusran.
Baca juga:
Yusran menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut, di antaranya kondisi ekonomi, politik, sosial, penegakan hukum, rusaknya kohesi dan integrasi sosial akibat lunturnya semangat kerukunan, toleransi, dan harmoni masyarakat yang berlangsung selama ini.
"Di sinilah sekali lagi peran penting pemuda dalam pemanfaatan TIK utamanya dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Para pemuda yang sebagian besar dari generasi milenial dan generasi Z harus menyadari dan meningkatkan pengetahuan TIK yang baik dan bertanggungjawab, yakni selalu mengutamakan kecermatan dan kehati-hatian dalam menerima berita dan mengecek fakta yang ada," ujarnya.
Di lain pihak, lanjut dia, pemerintah pun jangan hanya menempatkan para pemuda sebagai objek, tetapi harus dijadikan partner bagi pemerintah. Sebab proses sinergisasi dan keinginan untuk mempertahankan integrasi bangsa tidak akan terwujud jika pemerintah cenderung mendominasi tanpa mendorong partisipasi penuh pemuda sebagai bagian terbesar dari rakyat Indonesia.