Rusia Terbuka Berunding dengan Ukraina, tapi Pertanyakan Legitimasi Jabatan Zelenskiy

JAKARTA - Kremlin  memberi isyarat pihaknya terbuka untuk melakukan perundingan dengan Ukraina mengenai cara mengakhiri konflik.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Kyiv siap untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia asalkan kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina dihormati sepenuhnya. Tapi dia mengatakan Ukraina belum melihat tanda-tanda akan hal itu.

Kremlin, meski mengisyaratkan kesiapannya untuk melakukan perundingan dengan persyaratannya sendiri, secara terbuka mempertanyakan mandat  Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk memerintah dengan menyatakan masa jabatan lima tahunnya telah berakhir pada Mei dan Ukraina seharusnya mengadakan pemilihan umum.

Zelenskiy dan negara-negara Barat mengatakan perlunya menangguhkan peraturan politik normal pada saat perang dan bahwa Kremlin, mengingat sistem politik Rusia yang dikontrol ketat, tidak dalam posisi untuk mengkritik.

Ditanya apakah Rusia siap mengadakan pembicaraan dengan Ukraina selama Zelenskiy berkuasa, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan, “Rusia secara umum terbuka terhadap proses negosiasi. Tapi pertama-tama kita harus memahami seberapa siap pihak Ukraina untuk hal ini dan seberapa besar pihak Ukraina mendapat izin dari pihak yang menanganinya,” katanya dilansir Reuters, Kamis, 25 Juli.

Moskow menggambarkan Zelenskiy sebagai boneka AS, karakterisasi yang dibantah Zelenskyy.

“Karena sejauh ini Anda melihat pernyataan-pernyataan yang sangat berbeda yang dibuat, dan hal tersebut masih belum jelas. Selain itu, selain masalah legitimasi Zelenskiy, ada juga masalah larangan hukum (Ukraina) untuk melakukan kontak dan negosiasi dengan Ukraina. pihak Rusia. Oleh karena itu, masih banyak yang harus diklarifikasi dan didengarkan penjelasannya,” kata Peskov.

Reuters melaporkan pada Mei, Putin siap menghentikan perang di Ukraina dengan negosiasi gencatan senjata, namun pemimpin Kremlin tersebut siap untuk terus berjuang jika Kiev dan negara-negara Barat tidak memberikan tanggapan.

Putin pada Juni mengatakan Rusia akan mengakhiri perang di Ukraina, sesuatu yang dia sebut sebagai operasi militer khusus, hanya jika Kyiv setuju untuk membatalkan ambisi NATO dan menyerahkan keseluruhan empat provinsi yang diklaim oleh Moskow, tuntutan yang ditolak Kyiv sama saja dengan menyerah.