Bagikan:

JAKARTA - Polisi Uganda menahan sejumlah orang di ibu kota Kampala selama hari kedua protes antikorupsi yang menuntut pengunduran diri ketua parlemmen

Terinspirasi dari aksi protes yang dipimpin oleh kaum muda selama berminggu-minggu di negara tetangga Kenya yang memaksa presiden di sana untuk menarik usulan kenaikan pajak, kaum muda Uganda mulai berdemonstrasi menentang dugaan korupsi yang dilakukan oleh para pemimpin terpilih.

Polisi menangkap 73 pengunjuk rasa muda, menurut Chapter Four Uganda, organisasi yang menyediakan layanan hukum bagi mereka yang ditahan.

Pada Kamis, 25 Juli, lebih banyak demonstran turun ke jalan, menurut video yang diposting di X oleh surat kabar Daily Monitor. Rekaman itu menunjukkan polisi dengan perlengkapan antihuru-hara memaksa beberapa orang masuk ke belakang truk sambil meneriakkan slogan-slogan protes.

Kebanyakan dari mereka yang ditahan tampaknya berusia dewasa muda.

Rekaman yang disiarkan oleh NTV Uganda menunjukkan sekitar belasan anak muda berbaris dengan poster bertuliskan, "Para Koruptor Berantakan dengan Generasi yang Salah" dan "Ini tahun 1986", merujuk pada saat Presiden Yoweri Museveni menggulingkan pemerintahan yang represif.

Ketika dimintai komentar, juru bicara polisi Kituuma Rusoke merujuk pada komentar Reuters pada Senin, di mana ia mengatakan demonstrasi dilarang karena akan disusupi oleh orang-orang yang ingin menjarah dan melakukan perusakan.

Aktivis Uganda dan Kenya telah menggunakan forum audio di X sebagai platform utama untuk mengorganisir protes mereka.

Dalam salah satu forum pada Kamis, para aktivis mendorong warga Uganda untuk turun ke jalan namun mengakui tantangan dalam melakukan mobilisasi di negara di mana demonstrasi anti-pemerintah sering kali memicu tindakan keras dari polisi.

"Anda ingin hal ini selesai hari ini? Keluarlah dari rumah Anda. Jadilah prajurit dalam perjuangan melawan korupsi ini," kata salah satu pembicara.

Tuntutan para pengunjuk rasa termasuk pengunduran diri ketua parlemen Anita Among, yang tahun ini dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat dan Inggris karena dugaan keterlibatan dalam korupsi.

Among membantah semua tuduhan korupsi dan mengatakan dia menjadi sasaran pemerintah Barat karena perannya dalam mendorong undang-undang anti-LGBTQ yang keras tahun lalu.

Museveni, yang pada akhir pekan lalu memperingatkan pengunjuk rasa akan "bermain api", sering mendapat kritik dari lawan-lawannya di dalam negeri dan pemerintah asing karena menindak perbedaan pendapat dan gagal memberantas korupsi.

Museveni membantah tuduhan tersebut dan mengatakan mereka yang bertanggung jawab atas korupsi akan dituntut jika terdapat bukti yang cukup.

Para pengunjuk rasa di Uganda meminjam slogan-slogan dari rekan-rekan mereka di Kenya, di mana lebih dari 50 orang tewas dalam enam minggu aksi protes, dan menyebut diri mereka sebagai “tak kenal takut” dan “tanpa pemimpin”.